Gelar Coocking Class, Bupati Mojokerto: Penguatan Literasi untuk Kesejahteraan Masyarakat
Mojokerto, memorandum.co.id - Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperka) Kabupaten Mojokerto, menggelar kegiatan coocking class bersama PT Lautan Natural Krimerindo di Gedung Literasi Disperka Kabupaten Mojokerto, Kecamatan Sooko, Rabu (29/6/2022). Coocking class ini guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. Yang mana sebagai bentuk penguatan literasi masyarakat sebagai salah satu program prioritas nasional yang tercantum dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional 2020-2024. Bupati Mojokerto Ikfona Fahmawati mengatakan, bahwa kegiatan penguatan literasi masyarakat tidak hanya dengan cara membaca saja. Seperti yang dilakukan Disperka Kabupaten Mojokerto kali ini, menguatkan literasi dengan cara praktikum secara langsung. "Tambahan literasi untuk kita semua hari ini, bahwa di dalam makanan yang kita buat itu ada bahan-bahan khusus yang bisa memberikan nilai plus. Yaitu dengan menggantikan santan, susu dan sejenisnya dengan produk Fiber Cream. Bahan ini lebih ramah terhadap tubuh kita," jelas dia. Ikfina menjelaskan, dalam coocking class kali ini, peserta diajak untuk belajar membuat getuk dan thai tea. Dimana dalam kedua produk ini menambahkan produk Fiber Cream. "Pada pembuatan getuk ketika ditambah dengan fiber cream ini bisa menambah kandungan serat yang lebih banyak. Sementara untuk pembuatan thai tea, sebagai pengganti krimer atau susu agar lebih ramah di tubuh," jelasnya. Ikfina menerangkan, pemanfaatan produk lokal yang melimpah seperti ketela pohon atau dalam bahasa jawa kaspe, menjadi produk yang bernilai tinggi. Sehingga dapat menjadi sebuah produk unggulan dari daerah atau oleh-oleh getuk kekinian. "Kaspe yang melimpah dengan harga yang murah di pasaran bisa menjadi peluang usaha yang bagus bagi bapak ibu peserta, dengan menggabungkan thai tea minuman kekinian menjadikan peluang usaha yang sangat bagus," terangnya. Ikfina menandaskan, keberadaan suatu perpustakaan diharapkan dapat menjadi sarana pemberdayaan masyarakat agar memiliki kesadaran dan kemandirian dalam bidang informasi dan media pendidikan khususnya bagi yang tidak mendapatkan kesempatan pendidikan formal. "Dengan beragam informasi yang dimiliki perpustakaan, juga menjadi hiburan dan media rekreasi bagi masyarakat. Perpustakaan menjadi lembaga yang strategis untuk peningkatan literasi masyarakat guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan akses informasi sesuai dengan konteks kebutuhannya masing-masing," tandasnya. Pendekatan inklusif, lanjut Ikfna, memandang perpustakaan merupakan sub sistem sosial dalam sistem kemasyarakatan. Untuk itu, perpustakaan harus dirancang agar memiliki nilai kebermanfaatan yang tinggi di masyarakat. Mampu menjadi ruang terbuka untuk memperoleh solusi dalam upaya meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan. "Tujuan dari program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial adalah terciptanya masyarakat sejahtera melalui transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial. Sehingga bersama perpustakaan untuk hidup lebih baik," pungkasnya. (yus)
Sumber: