Sebelum Pamit Bukber, Korban Tabrakan KA Sancaka Sering Bicara Aneh
Surabaya, Memorandum.co.id - Peristiwa tabrakan maut yang menewaskan tiga pemuda berstatus pelajar SMU pada Minggu (24/4) malam, masih menyisakan luka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan. Ketiga korban tersebut yaitu Fairus Aditiya Maulana (19), Moch Zidan (19) dan Abis Bahrain (19). Titik Widiati, ibunda Fairus saat ditemui Memorandum.co.id mengaku dirinya tidak mempunyai firasat akan kehilangan anak kedua dari tiga anak kandungnya tersebut. Namun, seminggu sebelum kejadian tabrakan itu, Fairus sering bersikap aneh. "Awalnya saya tidak punya firasat apa-apa. Tetapi, seminggu sebelumnya sikap Fairus itu agak nyeleneh. Sering saya dilihatin sambil tersenyum. Kadang kayak orang bingung. Pokoknya tidak kayak biasanya," ucap Titik saat ditemui di rumah duka, Senin (25/4). Warga Jalan Margorejo itu menambahkan jika Fairus adalah anak yang penurut, sopan dan ramah kepada siapapun. Selain itu, dia menyebut anaknya itu selalu ingin mandiri. Menurutnya, Fairus setiap pagi selalu rajin mengantarnya ke pasar. "Fairus itu kalau ingin sesuatu maunya pakai uangnya sendiri. Dia itu usaha jual beli ikan arwana. Pernah waktu itu saya dikasih uang, katanya hasil dari jualan ikan. Kerjasama dengan temannya," bebernya. Lebih lanjut Titik menuturkan jika sebelum terjadi peristiwa tabrakan maut itu Fairus sempat berpamitan akan mendatangi buka bersama teman SMP-nya. Selain itu, ada kata-kata aneh yang diucapkan Fairus. "Dia ada bilang aneh-aneh. Yang mau mengantar jauh, mandi biar bersih dan yang paling buat saya kaget itu dia bilang habis buka bersama juga tidak ketemu lagi sama teman-temannya," tuturnya. Malam kejadian itu, Titik mengungkapkan bahwa dirinya sempat tertidur saat menunggu pulang Fairus. Menurutnya, dia terbangun karena merasa jantungnya seperti tertarik sampai tenggorokan. Kemudian, Titik menelepon kakak Fairus yaitu Tedi Novan Maulana untuk menghubungi adiknya tersebut. "Waktu terbangun itu seperti ketarik jantung saya. Spontan saya langsung menanyakan ke papanya, Fairus sudah pulang apa belum. Padahal anak saya tiga. Dan saat itu semuanya belum pulang. Saya hubungi anak saya yang pertama," ungkapnya. Titik mengaku mengetahui anaknya telah tiada ketika ditelepon oleh ibu dari teman SMU Fairus. Saat itu, Titik disarankan ke RS Bhayangkara untuk mengecek kondisi Fairus. "Mama temannya Fairus telepon saya sambil menangis. Dia bilang suruh saya mengecek ke rumah sakit. Kalau tidak kuat disuruh suami saya saja. Saya langsung lemas. Pasti ada apa-apa. Dan benar saja, Fairus meninggal karena tertabrak kereta api," jelasnya. Sementara itu, para tetangga yang enggan disebut namanya saat ditemui mengatakan hal yang sama. Fairus disebut anak yang sopan, pendiam dan sering menyapa bila bertemu siapa saja. "Anaknya baik. Sopan. Kalau ketemu orang mesti menyapa duluan," ujar wanita tetangga depan rumah duka. (jak)
Sumber: