Mabuk, Tetangga Ditusuk Belati hingga Sekarat

Mabuk, Tetangga Ditusuk Belati hingga Sekarat

SURABAYA - Gegara barangnya kerap hilang di rumah yang sedang direnovasi, membuat Giyanto (35), kalap. Pria yang tinggal di rumah bedeng belakang Stasiun Kandangan itu, menuding Soepriyanto (39), sebagai pelakunya hingga diselesaikan dengan cara preman. Korban akhirnya ditusuk dengan belati hingga roboh bersimbah darah. Beruntung di kejadian itu, cepat dilaporkan warga ke Mapolsek Tandes. Begitu petugas datang bergegas membawa Soepriyanto yang mengalami luka robek di perutnya ke RSUD dr Soetomo. Nyawa korban dapat tertolong setelah mendapatkan perawatan medis. Sementara itu, Giyanto setelah hampir tiga bulan melarikan diri, berhasil diringkus polisi di dekat Mapolsek Tandes. Dalam pengakuan pelaku, saat melakukan penusukan terhadap korban, ternyata dia mengajak adik tirinya, Mardi Santosa yang hingga kini masih buron dan ditetapkan sebagai daftar pencarian orang (DPO). "Kejadian penusukan bulan Juni lalu atau setelah lebaran. Tersangka berhasil kami tangkap pada 8 Agustus sekitar pukul 10.30," beber Kanitreskrim Polsek Tandes Ipda Gogot Purwanto, Minggu (11/8). Di depan penyidik, Giyanto mengatakan apa yang dilakukan karena kesal sering kehilangan barang di rumahnya. Kebetulan pula rumah sedang direnovasi sehingga belum dapat ditempati. Sampai akhirnya dia mencurigai sebagai pencurinya adalah Soepriyanto dan kawan-kawannya. Puncaknya malam itu, Giyanto yang sedang pesta miras di rumah bersama empat kawannya, secara kebetulan melihat korban juga  bersama teman-temannya berada di rumah. Rumah keduanya pun berjarah hanya empat meter. "Dua tersangka dalam kondisi mabuk langsung menghampiri rumah korban hingga terjadi cekcok," ungkap Gogot. Saat terjadi cekcok itulah, tiba-tiba Mardi (adik tiri Giyanto, red) mengeluarkan belati. Melihat itu kedua teman korban, Erwin dan Hasan ketakutan lalu melarikan diri. Meski demikian, Mardi tetap mengejar dibantu dua rekannya tapi tidak sampai menangkap Erwin dan Hasan. Sedangkan korban yang masih berada di depan rumah, akhirnya dijadikan sasaran oleh Giyanto. Pria ini menusuk Soepriyanto dengan belati hingga mengenai perutnya. Korban pun roboh dan tidak berdaya. Melihat lawannya terluka, Giyanto segera kabur. "Mengetahui korban terluka, temannya yang lain membawanya ke Jalan Banjarsugihan dan selanjutnya mereka berpencar. Korban lalu minta pertolongan warga untuk diantar ke rumah sakit. Di kejadian itu juga dilaporkan ke polisi," tandas Gogot. Hingga beberapa bulan kemudian, petugas mendapat kabar bahwa Giyanto sering menjalin komunikasi dengan ibunya melalui HP. Petugas lalu mendesak perempuan ini agar Giyanto menyerahkan diri. Agar tidak dicurigai, ibu Giyanto berpura-pura kangen dan ingin bertemu dengannya. Tapi lokasi ketemuannya tidak berada di rumah, melainkan di acara bazar yang tempatnya dekat Mapolsek Tandes. "Tersangka tidak curiga sama sekali dan berangkat menemui ibunya di lokasi bazar. Begitu terlihat langsung kami ringkus," tandas Gogot. Selain menangkap Giyanto, polisi juga menyita barang bukti belati ukuran 30 centimeter dan 1 potong kaos korban yang terdapat bercak darah. Di hadapan penyidik, Giyanto mengaku sakit hati karena sejak direnovasi, barang-barang yang ada di dalam rumah acap kali hilang. Hal itu yang membuatnya sakit hati. Tudingan yang dialamatkan kepada korban, menurut Giyanto karena hampir tiap malam Soepriyanto berkumpul bersama teman-temannya di depan rumah. Kebetulan saat pesta miras di rumah, Giyanto melihat korban dengan teman-temannya berada di rumah. Pengaruh miras membuat pelaku menduga korban sebagai pelakunya. "Saat itu saya menghampiri dan ingin menegur korban. Lantaran mabuk saya kebablasan lalu menusuk perutnya," ujar Giyanto. (rio/nov)

Sumber: