Kabur saat Dikeler, Dua Kaki Captain 365 Didor

Kabur saat Dikeler, Dua Kaki Captain 365 Didor

SURABAYA - Anggota Satreskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak terpaksa menjebol kedua kaki Ariyanto (23) dengan timah panas. Pria yang berjuluk Captain 365 dan selalu menjadi joki dalam setiap aksi kejahatannya ini, ditembak lantaran berusaha kabur saat dikeler di rumahnya di Jalan Tanjungsari Jaya I. Dua peluru yang bersarang di kedua kaki Ariyanto, langsung membuat pria ini tak berkutik. Polisi kini masih memburu komplotan Ariyanto yang ikut terlibat dalam kejahatan tersebut. Selain meringkus Ariyanto, polisi juga menangkap Joko (37), penadah HP asal Jalan Keputran. Lelaki bertubuh gempal itu, yang membeli HP hasil rampasan milik korban, Sulasmi, warga asal Kecamatan Pucuk, Lamongan. Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak AKBP Antonius Agus Rahmanto mengungkapkan, proses penangkapan terhadap Ariyanto berkat kerjasama dengan Unit Jatanras Polda Jatim untuk melacak keberadaan para pelaku. Mulai melacak melalui nomor HP korban yang dicuri pelaku. hingga berhasil menangkap penadahnya. Di sisi lain, Satreskrim Polres Pelabuhan Tanjung Perak juga berselancar di seluruh media sosial. Tindakan ini dilakukan karena pelakunya spontanitas dan tidak direncanakan saat melancarkan aksinya. "Sampai pada akhirnya kami menemukan jejak pelaku hingga terpampang foto kedua tersangka yang nampang di Facebook. Mereka menjuluki Ariyanto dengan nama Captain 365 Gradak Tassjhaya," beber Antonius, Senin (29/7). Sebutan Captain 365, artinya mereka spesialis pelaku perampasan tas di jalan raya. Sasaran komplotan ini rata-rata wanita yang naik motor sendirian di tempat yang sepi. Seperti kejadian yang dialami Sulasmi pada Kamis (11/7). Ceritanya, pagi itu korban berangkat bekerja dengan mengendarai Honda Scoopy L 4147 RN sendirian. Setiba di Jalan Kalianak Barat 67 depan garasi PT Dewi Sri Putra, Sulasmi dipepet kedua pelaku yang waktu itu juga berboncengan mengendarai Suzuki Satria. Dalam kejadian itu, Ariyanto dan temannya tak hanya berhasil merampas tas berisi uang Rp 600 ribu dan HP. Melainkan juga menyebabkan Sulasmi mengalami pendarahan di kepala dan akhirnya meninggal setelah mendapatkan perawatan medis di RS PHC Perak. Antonius mengungkapkan, setelah melacak keberadaan Ariyanto melalui Facebook dan mendapatkan alamat rumahnya, anggota tidak mudah menangkapnya. "Tersangka ini nomaden dan berpindah-pindah tempat. Hingga akhirnya polisi mendapatkan laporan dia pulang," ungkap Antonius. Saat diinterogasi, Ariyanto sudah 14 kali beraksi di wilayah Perak. Di antaranya di Jalan Perak Barat-Timur; Jalan Kalianak; Jalan Margomulyo, Jalan Demak, dan Jalan Tanjung Sadari. Jumlah komplotan Captain 365  selain Ariyanto juga melibatkan Syam (eksekutor) dan Bowo (penjual hasil kejahatan), sedangkan Joko adalah penadahnya. “Kami masih mendalami kasus ini dan memburu kedua temannya yakni Bowo dan Syam," tegas Antonius. Alumni Akpol 2000 ini mengatakan, setiap kali berhasil merampas tas hasil kejahatannya kemudian diserahkan ke Bowo untuk dijual jika ada barang berharganya. Lalu hasil penjualannya dibagi bertiga. Rata-rata mendapatkan bagian sebesar Rp 700 ribu. Selain menangkap Ariyanto, tim lain dari Jatanras Polda Jatim juga menangkap Joko di rumahnya di waktu hampir bersamaan. Penangkapan ini setelah petugas melacak nomor HP korban, ternyata posisi terakhir berada di Jalan Keputran dan HP ada di tangan Joko. Sementara itu, tidak ada rasa penyesalan di wajah Ariyanto saat ditemui di Mapolres Pelabuhan Tanjung Perak. Meski kedua kakinya dilumpuhkan petugas, ia tetap menjawab dengan lugas setiap pertanyaan yang diajukan polisi dan wartawan. Bahkan, Ariyanto mengaku tidak mengetahui bila korban (Sulasmi, red), korban yang dijambretnya di Jalan Kalianak Barat telah meninggal. "Biasa saja. Saya tahu korban meninggal setelah diberitahu oleh tetangga," jelas Ariyanto. Bahkan, dia juga mengetahui jika sedang diburu polisi. Kemudian pemuda ini menghilangkan jejak dengan menjual Satria FU yang dijadikan sarana aksinya ke penadah di Jalan Kedinding dan laku Rp 2,5 juta. Namun begitu, Ariyanto tetap saja mampu ditangkap polisi. "Saya melakukan aksi tersebut bersama Syam pak, tidak ada yang lain. Hasil rampasan selalu serahkan ke Bowo untuk dijual kalau ada HP atau barang berharga lain yang bisa dijadikan uang," pungkas Ariyanto. (rio/nov)  

Sumber: