Ingin Nikah Lagi dengan Perempuan yang Tidak Mikir Itu

Ingin Nikah Lagi dengan Perempuan yang Tidak Mikir Itu

Bakir (samaran) sudah tua. Bulan lalu memasuki lansia. Usia 60 tahun lebih satu bulan. Dia sedang menunggu putusan hasil sidang cerainya di Pengadilan Agama (PA) Surabaya, Jalan Ketintang Madya. “Saya ingin kawin lagi,” katanya. Dia mengatakan bahwa ini bukan main-main. Ini sangat serius, bahkan amat serius. Wajahnya yang innocent tampak lucu. “Kenapa sih njenengan masih ingin menikah lagi pada usia yang sudah expired?” goda Memorandum sambil tersenyum. Memorandum yang mengira Bakir menanggapi dengan guyonan ternyata meleset. Dengan serius dan tegas dia menjelaskan bahwa tujuannya menikah lagi jauh dari kehendak duniawi. “Aku ingin meninggal dalam keadaan berguna bagi orang lain. Dalam keadaan beribadah,” katanya. “Beribadah?” “Berumah tangga kan ibadah? Jangan dibayangkan saya mengejar kenikmatan itu. Itu sudah lewat. Saya malah senang kalau jodohku nanti tidak memikirkan itu. Kita akan bersama-sama fokus mendekatkan diri kepada-Nya,” ujar pria yang mengaku pangsiun dari pegawai negeri golongan IV-C ini. Bakir mengaku sudah tidak punya siapa-siapa lagi, kecuali kakak sulung yang juga sudah duda. Kakaknya itu beranak satu dan bercucu dua. “Istri dan tiga anak saya meninggal bersama dalam kecelakaan, lima tahun lalu,” kata Bakir. Suaranya agak tersendat. Bakir menyatakan tidak menuntut terlalu banyak dari wanita yang mau menikah dengannya. “Jujur saja fisik saya tidak sempurna akibat kecelakaan. Kedua kaki harus diamputasi,” imbuh lelaki berjambang putih ini. Saat ini Bakir tinggal dengan seorang pembantu di kawasan Sawahan. Dialah yang selama ini menjadi tulang punggung dalam pekerjaan rumah. Mulai dari bersih-bersih, cuci-seterika, hingga masak. “Pembantunya masih anak-anak atau sudah tua?” tanya Memorandum. “Sampeyan mau tanya mengapa saya tidak menikahi dia saja?” tanya Bakir, lalu tertawa renyah, “Saya sudah menawarinya. Tidak mau. Katanya tidak pantas orang desa dinikahi priyayi kota.” “Dia janda?” desak Memorandum. “Perawan.” “Perawan?” “Pacarnya meninggal ketika mereka sudah bertunangan. Kecelakaan juga. Saat itu dia bersumpah tidak akan menikah sampai ajal menjemput,” kata Bakir, yang menjelaskan bahwa pembantu tadi merupakan anak pembantu yang ikut orang tuanya dulu. Pembantu warisan. Lalu kenapa sekarang menceraikan istrinya? Menurut Bakir, ini terpaksa dilakukan karena istrinya selingkuh. Sudah tiga kali tepergok. Ini yang terakhir, jadi terpaksa dicerai sesuai janji saat tepergok sebelum-sebelumnya. “Dia selingkuh tidak hanya dengan satu orang. Tapi empat orang,” katanya, yang menambahkan bahwa sejak muda istrinya memang doyan gituan. Kata Bakir, yang terakhir istrinya selingkuh dengan tukang bakso yang sering lewat di depan rumah. “Lha iya, sudah tua kok masih suka macem-macem,” kata lelaki yang juga pengusaha rombengan ini. (jos)   Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email [email protected]. Terima kasih  

Sumber: