Tambangan Medokan Semampir-Wonorejo Merana

Tambangan Medokan Semampir-Wonorejo Merana

Surabaya, memorandum.co.id - Hampir setahun ini imbas pandemi Covid-19, benar-benar dirasakan jasa tambangan di kawasan Medokan Semampir-Wonorejo, Rungkut ini. Bahkan, pendapatan yang diperoleh dari pengguna jasa terutama anak sekolah harus sirna sejak masa pandemi ini sekolahan diliburkan. Imbasnya, hasil menarik tambangan sejak pukul 05.00-20.00 menurun drastis. Seperti yang diungkap Agus (20), warga Jalan Medokan Semampir, yang sudah 11 tahun menarik tambangan yang dikenal warga dengan sebutan Tambangan Masjid dan Musala ini. “Sepi, tidak ada anak sekolah. Biasanya penuh dan antre sampai pertigaan ke arah Jalan Wonorejo,” jelas Agus, Jumat (19/2). Tambah Agus, untuk penghasilan juga berkurang. Yang biasanya sehari bisa mendapatkan Rp 2 juta, sekarang untuk Rp 400 ribu saja susah. “Tidak hanya itu. Dulu sebelum pandemi, sehari saya digaji Rp 100 ribu. Sekarang dipotong menjadi Rp 70 ribu,” ujarnya. Otomastis, untuk biaya kontrak rumah dan menghidupi keluarga sangat kurang. “Semoga pendemi ini cepat berlalu dan kembali normal lagi,” pungkas Agus. Hal sama juga dikatakan Aan (45), warga Jalan Medokan Semampir ini. Sejak pandemi ini, isi tambangan untuk menyeberang tidak pernah penuh. “Biasanya bisa sampai 12 motor, tapi sekarang tiga motor atau empat motor langsung diseberangkan,” singkatnya. Sedangkan Edi (44), warga Jalan Kenjeran, mengatakan dengan menggunakan tambangan cepat sampai tujuan. “Kebetulan pelanggan bumbu pecel banyak yang rumahnya Rungkut. Jadi lebih cepat dengan tambangan, daripada lewat MERR,” ujar Edi. Edi juga menambahkan, bahwa ongkos untuk naik tambangan juga cukup murah. “Per orang Rp 1.000, motor Rp 2.000, dan berboncengan Rp 3.000,” pungkas Edi. (fer/udi)

Sumber: