Klaster Keluarga Dominasi Penyebaran Covid-19

Klaster Keluarga Dominasi Penyebaran Covid-19

Surabaya,  memorandum.co.id - Upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19 terus dilakukan pemerintah. Mulai dari tingkat pusat hingga terendah (RT/RW), sama-sama menyatakan ‘perang’ terhadap virus mematikan ini. Namun, siapa yang mengira bahwa penyebaran tertinggi terkait Covid-19 ini adalah dari klaster keluarga. Penyebabnya, karena kontak dengan keluarga yang terkonfirmasi Covid-19. Hal ini berdasarkan analisis Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya berdasarkan tracing dan laporan dari para camat sejak 10 Januari-17 Januari dengan sampel 150 kasus terkonfirmasi Covid-19. “Hasilnya ada beberapa faktor seseorang tertular Covid-19, antara lain kontak erat keluarga yang dinyatakan terkonfirmasi Covid-19 dengan persentase 28 persen,” ujar Wakil Sekretaris IV Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya Irvan Widyanto, Selasa (19/1). Tambah Irvan, untuk angka analisa berikutnya yaitu yang mempunyai komorbid dan memeriksakan diri ke rumah sakit dengan persentase 24,7 persen. Lalu setelah bepergian dari luar kota sebesar 14,7 persen, dan penularan di tempat kerja 12,7 persen. “Selanjutnya ada keramaian atau kerumunan sebesar 10 persen, pekerja di rumah sakit atau tenaga medis 7,3 persen. Dan sebagai persyaratan perjalanan sebesar 2,6 persen,” ujar pria yang saat ini menjabat Kepala BPB Linmas Kota Surabaya ini. Lanjut Plt Kepala Bakesbangpol Kota Surabaya ini, bahwa dari 150 sampel kasus terdapat 68 persen orang terkonfirmasi Covid-19 melaksanakan isolasi di rumah atau apartemen. “Sisanya 25 persen isolasi di rumah sakit atau tempat yang disediakan pemerintah atau swasta, dan tujuh persen di tempat lainnya,” jelas Irvan. Irvan menegaskan, dari data tersebut perlu adanya evaluasi terkait dengan isolasi mandiri di rumah. Sebab, terdapat banyak kasus akibat kontak erat dari keluarga yang terkonfirmasi Covid-19. “Ini yang harus kembali digiatkan kepada masyarakat, yaitu penguatan Kampung Wani Jogo Suroboyo. Karena bisa memonitor warganya yang baru saja bepergian dari luar kota atau luar negeri,” tegasnya. Selain itu, tambah Irvan, sangat diperlukan pelaporan dari stasiun, bandara, atau biro perjalanan ke Satgas Penanganan Covid-19 untuk hasil dari screening test Covid-19 yang dilaksanakan terhadap calon penumpang. Juga perlu pengawasan protokol kesehatan di perkantoran atau tempat kerja. “Kalau memang tidak urgent tidak usah bepergian. Kasihan keluarga di rumah bisa tertular, jika yang bepergian akhirnya diketahui positif,” pungkas Irvan. Sementara itu, Camat Tambaksari Ridwan Mubarun membenarkan bahwa klaster tertinggi penyebaran Covid-19 adalah dari klaster keluarga. “Iya, karena dari isolasi mandiri. Orang sekarang lebih memilih isolasi mandiri saat imun turun,” jelasnya. Tambah Ridwan, bahwa penyebaran itu karena orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 tidak cepat-cepat melakukan isolasi mandiri. “Ini yang menyebabkan keluarga lain ikut tertular. Kasus di Tambaksari banyak, sekitar 50 kasus,” pungkas Ridwan. (fer/udi)

Sumber: