Ulah Saudara Kembar sejak Sekolah hingga Menikah (1)

Ulah Saudara Kembar sejak Sekolah hingga Menikah (1)

Dipaksa Kasek Pisah Kelas, Keduanya Sama-Sama Demam

Dodi dan Dedi (samaran) bersaudara. Kembar. Prejengan dan tingkah laku mereka mirip-rip-rip-rip. Selera pun relatif sama, meski tidak persis. Beda tipis. Dodi suka soto daging, Dedi suka soto ayam. Dodi suka cewek semlohai, Dedi suka cewek lencir. Sejak kecil mereka nyaris tidak pernah terpisah. Dari TK hingga kuliah selalu satu sekolah, bahkan sekelas. Otak keduanya sama-sama encer. Peringkat satu dan dua tidak pernah lepas dari keduanya. Mereka hanya bertukar posisi. Kalau tidak Dodi yang peringkat satu dan Dedi di bawahnya, ya Dedi yang peringkat satu dan Dodi yang kedua. Bahkan, tidak jarang mereka meraih peringkat satu bersama-sama, disusul teman yang lain. Dodi dan Dedi tidak pernah mau dipisahkan kelas. Sebenarnya bukan sekadar tidak mau, melainkan tidak bisa. Pernah ketika naik kelas empat dipaksa pisah oleh kepala sekolah (kasek) yang baru. Apa yang terjadi? “Kami sakit. Demam. Mula-mula hanya deman ringan, tapi dari hari ke hari semakin parah. Anehnya, dokter tidak menemukan kelainan. Kami sama-sama terdeteksi sehat,” kata Dodi ketika menelepon Memorandum, beberapa waktu lalu. Semua bingung. Baik dokter, orang tua, maupun para guru. Pada saat itulah Bu Nuri, wali kelas mereka saat kelas satu, mengusulkan Dodi dan Dedi dikumpulkan kembali dalam satu kelas. Bu Nuri bahkan mengusulkan Dodi dan Dedi segera masuk sekolah, meski dalam keadaan sakit. Dan ajaib. Ketika datang ke sekolah masih dalam keadaan demam, mereka sudah main kejar-kejaran dan lompat tali pada jam istirahat. Sejak itu mereka tidak pernah lagi dipisahkan. Pernah dicoba saat duduk di bangku kuliah, peristiwa hampir serupa terjadi. Mereka tidak bisa menelan makanan. “Itu terus berlangsung sampai kami menikah,” kata Dodi, yang kini bertempat tinggal di sebuah kompleks perumahan kawasan Surabaya Barat. “Mas Dedi juga tinggal sekomplek dengan Mas Dodi?” tanya Memorandum. “Tidak. Dedi dan istrinya tinggal di Semarang,” kata Dodi, yang menambahkan bahwa ada cerita lucu yang hanya mereka berdua ketahui. Tidak ada orang lain yang tahu. Termasuk istri-istri mereka. “Sebenarnya bukan lucu, sih, melainkan terkutuk,” kata Dodi, disambung helaan napas panjang dan berat. Setelah itu lama terdiam. Beberapa kali panggilan tak direspons. Hanya terdengar desah napasnya, yang makin lama makin berat. “Maaf. Menata hati,” kata Dodi kemudian. Dodi kemudian bercerita bahwa mereka menikah 10 tahun lalu. Berbarengan pada tanggal, bulan, dan tahun istimewa: 10 Oktober 2010 atau 10-10-10. “Waktu itu kami sudah bekerja. Sama-sama di sebuah BUMN. Cuma beda kantor cabang. Saya di Surabaya, Dedi di Gresik,” kata Dodi. Eloknya, meski sudah menikah, mereka masih tetap tinggal di rumah orang tua. “Rumah orang tua kami memang besar. Jangankan 2-3 keluarga kecil, lima keluarga besar pun masih muat dan longgar,” kata Dodi. Istri Dodi, sebut saja Indah, bekerja di sebuah bank. Sedangkan istri Dedi, sebut saja Lina, awalnya bekerja di perusahaan air mineral, namun kemudian diminta sang suami resign. Jadi ibu rumah tangga tulen. Dari sinilah cerita terkutuk itu berawal. (bersambung)   Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email [email protected]. Terima kasih  

Sumber: