Sosiolog: Kriminalitas Jadi Simbol Kebanggaan dalam Pergaulan

Sosiolog: Kriminalitas Jadi Simbol Kebanggaan dalam Pergaulan

Maraknya aksi kriminal di kalangan pelajar dan remaja di Surabaya, merupakan bentuk kenakalan yang bergeser ke ranah kriminalitas. Hal ini ditegaskan pakar Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (Fisip Unair) Prof Dr Bagong Suyanto. "Artinya ini bukan sekadar penyimpangan tapi sudah masuk wilayah kriminal. Sehingga aksi yang dilakukan pelajar tersebut menunjukkan pergeseran dan bisa disebut tindakan kejahatan," terang Bagong Suyanto melalui sambungan telepon, Selasa (18/8). Tren pergeseran aksi kriminalitas pelajar, menurut Guru Besar Fisip Unair itu disebabkan adanya momentum pandemi Covid-19 yang memicu. Artinya latar belakang keluarga yang mendorong mereka berbuat kriminal. "Istilah kriminologi disebut kejahatan instrumental. Yaitu kejahatan yang motifnya ekonomi. Jadi anak-anak ini juga dipengaruhi oleh gaya hidup pergaulan komersial. Makanya mereka memilih memangsa ibu-ibu (korban) untuk lebih mudah mendapat hasil," ungkapnya. Lebih jauh, lanjut Bagong, pergeseran tindakan kriminal pelajar juga bisa didorong oleh simbol kebanggaan di dalam pergaulan. "Seperti anak bonek Suroboyo lebih bangga aksinya lebih bonek dari temannya. Misalkan jika temannya melempar batu kecil, dia melempar batu yang lebih besar. Lebih terdorong melakukan hal berbahaya dan berisiko karena simbol jagoan kepada teman lainnya," papar Bagong. Oleh karena itu, Bagong Suyanto mendorong ke aparat kepolisian wajib bertindak tegas melumpuhkan (menembak, red) terhadap penjambret dan pelaku kejahatan jalanan lainnya. "Ini masuk ranah adu stamina serta sikap tegas polisi menghadapi keberanian anak-anak dan remaja yang terlibat kriminalitas," ujarnya. Menurut Bagong, bahwa pelaku jambret sekarang ini makin terpola. Selain bermain kasar, mereka juga akan beraksi dengan cepat. Jika tidak maka risikonya akan tertangkap hingga diamuk massa, dan juga kemungkinan bisa mati sia-sia. "Pelaku jambret dan pembegal ini tidak hanya merampas tas atau motor korbannya. Jika kepepet, mereka akan menendang atau bahakan melukai korban dengan senjata tajam. Pelaku tak peduli sasarannya mati atau terluka. Sehingga ketegasan polisi harus dibutuhkan dan wajib melumpuhkan pelaku guna memberi shock terapi," tandasnya. Bagong Suyanto juga mengimbau kepada polisi supaya lebih meningkatkan dan rutin melakukan patroli jalanan karena itu lebih penting. "Kami minta patroli jalanan lebih ditingkatkan dengan mengamati titik-titik rawan kejahatan. Selain itu, masyarakat harus lebih waspada dan menghindari lokasi yang kerap terjadi aksi kriminalitas," pungkasnya. (why/nov)

Sumber: