Menunggu Jurus Mematikan Lawan PDI-P

Menunggu Jurus Mematikan Lawan PDI-P

Oleh Arief Sosiawan Pemimpin Redaksi Jumat (17/7) DPP PDI-P (Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan) kembali mengumumkan kader terbaik untuk dijagokan sebagai bupati, wakil bupati, wali kota, dan wakil wali kota. Jagoan Partai Merah itu direkomendasikan dengan target memenangkan pemilihan. Dengan kata lain, tidak boleh kalah. Apalagi kalau kalahnya mutlak. Jangan sampai! Mereka dipilih setelah melewati proses panjang. Proses rekrutmen hingga penggodokan nama dengan banyak pertimbangan dan penilaian yang cukup melelahkan. PDI-P sebagai partai yang kini sedang berkuasa tentu tidak ingin kecolongan. Berbagai cara dan upaya yang dikomandoi sang mahadewi Megawati Soekarno Putri pasti mengeluarkan jurus-jurus andalan untuk menjaga kekuasaan. Tegasnya, dengan cara apa pun kemenangan di semua daerah yang kini sedang menjalani pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak 2020 harus dibidik dan direbut. Pun sebagai partai besar di negeri NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), PDI-P pasti akan menjaga gengsi kadernya meski harus melewati berbagai perlawanan dari jago-jago partai lain. Itulah alasan mereka (kader yang dijagokan) tidak boleh kalah. Di Jawa Timur, jago PDI-P di enam daerah diumumkan. Kabupaten Trenggalek: Moch Nur Arifin-Syah Muhammad Natanegara, Kabupaten Mojokerto: Titik Masudah-H Pungkasiadi, Kota Blitar: Santoso-Tjutjuk Sunario, Kabupaten Kediri: Hanindhito Himawan Pramana-Dewi Mariya Ulfa, Kota Pasuruan: Raharto Teno Prasetyo-Moch Hasjim Asjari, Kabupaten Blitar: H Rijanto-Marhaenis UW. Melihat nama-nama itu (boleh jadi) membuat partai lawan di semua daerah keder. Ketokohan mereka tak diragukan lagi. Elektabilitas mereka rata-rata tinggi hingga partai berani menjadi botoh bagi mereka. Tapi aneh. Pada pengumuman Jumat keramat (17/7) tidak muncul nama jago untuk pemilihan wali kota yang masyarakatnya lebih suka disebut bonek. Padahal, mereka sudah tidak sabar menunggu. Nah, kondisi ini membuat kalkulasi menang di kota berjuluk pahlawan bagi partai berlambang banteng moncong putih itu seperti meredup. Alasan apa pun, tak segera bisa memutuskan siapa jago yang ditampilkan di perebutan kursi wali Kota Surabaya seakan menjawabnya. Apalagi di kotanya “Risma” sudah ada calon atau jago yang didukung seabrek partai politik, namanya Machfud Arifin atau biasa disapa Cak Machfud. Akhinya muncul dugaan berbau pertanyaan, PDI-P belum berani mengumumkan jago karena faktor Cak Machfud? Atau PDI-P sengaja mengulur waktu karena diinternal belum solid mengingat masih bercokol banyak nama yang saling sikut berebut rekomendasi? Semua jawaban itu bergantung pada faksi-faksi yang ada di PDI-P Surabaya sendiri. Mau usung dan dukung Whisnu Sakti Buana, atau menggelindingkan Eri Cahyadi si “anak emas” Risma, atau pilihan lain yang ketokohannya tak terbilang. Atau, tidak segera diumumkannya jago PDIP-P untuk bacawali dan bacawawali Kota Surabaya disengaja agar tidak gaduh hingga akhirnya PDI-P merapat dan bergandeng tangan dengan Cak Machfud yang tak lain adalah “orangnya” Joko Widodo yang juga petugas partai PDI-P sebagai presiden negeri ini. Bisa jadi, inilah taktik Partai Merah menjaga kemenangan dan kekuasaan di Kota Surabaya, kota kedua terbesar di Indonesia. Bisa juga ada jurus mematikan lawan yang dikeluarkan pada saat-saat injure time. Kita tunggu. (*)

Sumber: