Miskin Mental Attitude
...if your thoughts are of poverty you will be poor. That is why 2/3 people in the world are poor ...jika pikiran Anda mengenai kemiskinan melulu, Anda akan benar-benar miskin. Itulah mengapa 2/3 penduduk bumi miskin (Ted Gambordella--The Obsessive Mental Attitude) Tahun ajaran baru dimulai 13 Juli hari ini. Ada sebagian siswa yang masih belum mendapat sekolah. Mereka tetap mengincar sekolah negeri yang kuotanya sudah habis. Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) Surabaya Erwin Darmogo mengharapkan wali murid mengubah mindset-nya. Yakni, tidak membedakan sekolah negeri dan swasta. "Ada lho wali murid yang rela mengaku miskin supaya dapat kuota MBR (masyarakat berpenghasilan rendah). Itu kan sebetulnya karena ingin anaknya bisa masuk sekolah negeri," katanya seperti diberitakan Harian DI's Way Jumat, 10 Juli lalu. Ada juga mental miskin lainnya. Bea siswa bidik misi yang sebetulnya sangat bagus untuk memberi kesempatan kepada calon mahasiswa yang tidak mampu tapi berprestasi untuk bisa meneruskan ke perguruan tinggi. "Sayangnya ada yang mengaku miskin. Padahal, setelah ditelusur ada yang pajak PBB rumahnya, tergolong rumah mewah. Ada juga yang orang tuanya berprofesi mentereng tapi mengajukan surat keterangan tidak mampu," kata Prof Dr Tatik Suryani dari STIE Perbanas Surabaya. Ada juga BLT (Bantuan Langsung Tunai) Covid 19 yang dinilai salah sasaran. Di Banyumas, Bupati Achmad Husein mengakuinya dan menghentikannya untuk sementara. "Masak, ada yang isteri pejabat, isteri perangkat desa, bahkan pegawai negeri," katanya. Beberapa Kepala Desa mengakui adanya data penerima yang kurang akurat. "Saya tidak tahu, datanya dari mana. Ada yang tidak tepat sasaran. Buktinya banyak orang miskin yang mestinya layak dapat malah tidak dapat, wajar kalau mereka menanyakan ke desa," kata seorang kepala desa di Pacitan. Menurut SuaraSurabaya.net cara mendaftar untuk menerima bantuan sosial dari Pemprov Jatim misalnya harus membuka web Radar Bansos Pemprov Jatim, harus masukkan NIK, Nomor KK, Nama, Alamat hingga lokasi, isi kolom pendidikan. Selain itu juga harus punya KK, KTP, rekening atau upload tagihan listrik, kartu domisili RT/RW. Saya bayangkan, orang-orang miskin, terutama yang sudah uzur pasti kesulitan untuk memenuhi persyaratan di atas. Wajar kalau akhirnya, sebagian yang mendapatkannya yang melek internet yang, sayangnya, tidak mengajari yang tidak mampu, tapi justru mengisinya untuk kepentingannya sendiri. Mengapa rela memiskinkan diri demi sekolah anak, demi beasiswa, demi BLT? Itulah "The Poor Mind" dalam buku They Don't Teach You How To get Rich At School yang ditulis Laura Maya. Inilah beberapa sifatnya: 1. Menganggap kemiskinan itu baik, uang sumber masalah 2. Hidup itu penuh rintangan 3. Selalu berharap punya uang tapi tak berusaha sungguh-sungguh mencarinya. 4. Bekerja untuk uang, bukan uang bekerja untuknya 5. Berharap kepada keberuntungan 6. Hidupnya penuh alasan dan pembatasan. Berbeda dengan "The Rich Mind" yang mempunyai sifat-sifat seperti ini: 1. Selalu ada peluang untuk kaya 2. Selalu berpikir bagaimana sesuatu bisa berjalan 3. Bagaimana caranya mendapatkan sesuatu 4. Bertanya apa yang diperlukan untuk bisa mendapatkannya 5. Melihat hidup itu dari sisi yang indah, bukan sisi gelapnya 6. Kemiskinan itu sesuatu yang buruk dan bisa dihindari 7. Hidupnya penuh keyakinan dan antusiasme 8. Punya tujuan hidup yang lalu dikejarnya. Hidup adalah pilihan. Pilih The Poor Mind atau The Rich Mind. Masing-masing ada konsekuensinya. Mari menikmati pilihan kita dengan gembira. Salam!(*) *Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)
Sumber: