Setop Kekerasan Anak: Kasus di SMA Gloria 2 Surabaya Jadi Pelajaran Berharga

Setop Kekerasan Anak: Kasus di SMA Gloria 2 Surabaya Jadi Pelajaran Berharga

Ivan Sugiyanto membuat video permohonan maaf dan akan menyerahkan diri ke polisi.--

Catatan: Eko Yudiono, Wartawan Memorandum

Kasus kekerasan yang terjadi di SMA Gloria 2 Surabaya, yang melibatkan seorang  tersangka bernama Ivan Sugiamto, telah mencuatkan isu serius mengenai perlindungan anak di Indonesia.

Insiden ini bukan hanya mengejutkan banyak pihak, tetapi juga membuka mata banyak orang tentang betapa lemahnya sistem perlindungan anak di negara ini.

Kejadian tersebut memunculkan keprihatinan mendalam tentang kekerasan yang masih sering menimpa anak-anak, baik di sekolah, rumah, atau lingkungan sosial lainnya. Bagaimana seharusnya pemerintah hadir untuk memberikan perlindungan maksimal terhadap anak-anak sebagai generasi penerus bangsa?

Kekerasan terhadap siswa, terutama di lingkungan sekolah, bukanlah hal baru. Namun, setiap kali kejadian tersebut terungkap, selalu muncul perasaan miris dan prihatin.

Kasus kekerasan di SMA Gloria 2 yang melibatkan seorang pelaku yang masih berstatus sebagai pengajar menunjukkan betapa rentannya anak-anak dalam menghadapi ancaman kekerasan, baik secara fisik maupun psikologis.

Meski pelaku sudah ditangkap dan kasus ini tengah diproses hukum, pertanyaan besar tetap muncul: mengapa kekerasan terhadap anak-anak masih sering terjadi dan apa yang bisa dilakukan agar kejadian serupa tidak terulang?

Meskipun Indonesia memiliki berbagai regulasi yang berhubungan dengan perlindungan anak, seperti Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, kenyataannya masih banyak celah yang perlu diperbaiki dalam implementasinya.

Anak-anak, sebagai generasi penerus bangsa, seharusnya mendapatkan perhatian penuh dari pemerintah, masyarakat, dan keluarga dalam upaya melindungi mereka dari berbagai bentuk kekerasan.

Namun, banyak kasus kekerasan yang terjadi baik di sekolah, rumah, maupun lingkungan sekitar masih terlambat terdeteksi dan ditangani dengan serius.

Dalam banyak kasus, anak-anak sering kali tidak bisa melapor atau mengungkapkan perasaan mereka karena ketakutan, ketidaktahuan tentang hak-hak mereka, atau bahkan ancaman dari pelaku. Faktor ini semakin memperburuk situasi dan memperpanjang penderitaan anak. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk memperkuat sistem perlindungan anak, baik dari sisi hukum maupun psikologis.

Peran Pemerintah dalam Perlindungan Anak

Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), sebenarnya telah mencanangkan berbagai kebijakan dan program perlindungan anak. Namun, upaya tersebut harus lebih dipertajam dan diimplementasikan dengan lebih konkret di lapangan.

Berikut adalah beberapa langkah yang seharusnya diambil oleh pemerintah untuk memastikan perlindungan maksimal terhadap anak-anak di Indonesia:

Sumber: