Kebijakan Pemerintah Pusat Tidak Ada Pembangunan TPA Baru
Koordinator Komunitas Nol Sampah, Wawan Some.-Oskario Udayana-
SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Koordinator Komunitas Nol Sampah, Wawan Some, memberikan tanggapannya terkait pengelolaan sampah di Kota Surabaya. Wawan mempertanyakan efektivitas pemilahan sampah oleh masyarakat dan mendesak peningkatan edukasi mengenai pentingnya memilah sampah.
BACA JUGA:Komunitas Nol Sampah Sosialisasi Setop Alat Makan Plastik Berbahaya bagi Kesehatan
Wawan menyoroti keberadaan TPA Benowo yang saat ini digunakan untuk membakar sampah guna menghasilkan energi listrik. Ia berpendapat bahwa hal ini sebenarnya dapat mengurangi volume sampah. Namun, ia juga mengkritik adanya argumen yang menyatakan bahwa pembangunan TPA baru tidak perlu dilakukan. Karena kebijakan pemerintah pusat tidak ada pembangunan TPA baru.
"Logikanya sampah di TPA Benowo dibakar untuk pembangkit tenaga listrik. Intinya sampah jadi berkurang. Sekarang ada argumen TPA terlalu dibuat-buat dan tidak paham tentang sampah," ujar Wawan.
BACA JUGA:Komunitas Nol Sampah Kampanyekan Ramadan Tanpa Plastik
Wawan juga menyoroti potensi pengolahan sampah di tingkat kampung. Ia mencontohkan keberadaan 26 rumah kompos di Surabaya yang dapat dioptimalkan. Namun, ia menyayangkan belum adanya upaya maksimal dari Pemkot Surabaya untuk mengolah sampah di tingkat TPS.
"Selama ini kan belum ada upaya maksimal dari pemkot Surabaya bagaimana agar TPS untuk di olah. Jadi residunya masih di atas 50-60 persen TPA Benowo," tambahnya.
BACA JUGA:Peringati Hari Bumi, Potas bersama Komunitas Nol Sampah Bagikan Takjil
Wawan juga menyoroti kebijakan pemerintah pusat yang melarang pembangunan TPA baru. Ia menekankan bahwa TPA seharusnya berfungsi sebagai tempat pengolahan, bukan hanya penampungan sampah.
Wawan mengakui bahwa masih banyak tantangan dalam mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya memilah sampah. Salah satu tantangannya adalah kebiasaan masyarakat dalam menggunakan plastik dan kurangnya pemahaman mengenai dampak sampah terhadap lingkungan.
"Pemakaian plastik dan argumen orang yang tidak paham sampah menjadi kendala," kata Wawan.
BACA JUGA:Komunitas Nol Sampah Rampok Tas Kresek Pengunjung Pasar Gunung Anyar
Wawan mengatakan, selama ini belum ada upaya Pemkot Surabaya dalam meningkatkan pengelolaan sampah. Ia menyebutkan adanya 44 kampung sampah heroik dengan anggaran yang cukup besar. Program ini melibatkan pendampingan dari Pemkot dan perguruan tinggi.
"APBD Surabaya ada 44 kampung sampah herois. Anggaran diperbanyak sehingga ada pendampingan pendampingan oleh pemkot. Dan melibatkan perguruan tinggi," jelasnya.
Sumber: