Dikbud Ngawi dan MCB Sangiran Konservasi Fosil di Museum Trinil

Dikbud Ngawi dan MCB Sangiran Konservasi Fosil di Museum Trinil

Tim dari Museum dan Cagar Budaya Unit Sangiran melakukan observasi di fosil di Museum Trinil Ngawi. -Biro Ngawi-

NGAWI, MEMORANDUM - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Ngawi dengan Museum dan Cagar Budaya (MCB) Unit Sangiran melakukan konservasi fosil di Museum Trinil Ngawi, Rabu 12 Juni 2024.

"Kegiatan ini sudah menjadi rutinitas setiap tahunnya di Museum Trinil Kabupaten Ngawi," Kepala bidang kebudayaan Dikbud Ngawi Cita Putri Maharani. 

BACA JUGA:Relokasi SMPN 1 Mantingan Ngawi Tidak Jelas

Cita menjelaskan, bahwa untuk pagu anggaran dalam pelaksanaan kegiatan konservasi fosil ini bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) non Fisik Museum dan Taman Budaya Kemendikbud Ristek bekerja sama dengan MCB Sangiran Jawa Tengah.

BACA JUGA:Pria Sidoarjo Ditemukan Tewas di Kamar Hotel Wonokerto

Yang mana ini merupakan bentuk perawatan dan pemeliharaan benda cagar budaya agar lestari dalam jangka waktu yang lama yang akan berlangsung selama lima hari yang dimulai sejak tanggal 10 Juni sampai dengan 14 Juni mendatang. 

"Kami berharap dengan kegiatan ini nantinya hasil fosil ini bisa lebih terawat dan banyak dikunjungi para wisatawan dari daerah maupun luar daerah Ngawi," katanya.

BACA JUGA:Musim PPDB, Ratusan Wali Murid Mengantre di Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung

Sementara itu, Ketua Tim Konservasi MCB Unit Sangiran Irma Fadhila Putri mengatakan, kegiatan konservasi  ini fokus pada di ruang pamer display 2 yang berada di Museum Trinil. Konservasi ini diantaranya fosil gajah purba (Proboscidea) seperti Incisivus/Gading Stegodon, femur, pelvis, fosil kerbau purba (Bubalus paleokerabau), fosil kayu, bola batu dan replika cranium Homo erectus Ngawi 1, Ngandong 11, Sangiran 2. 

BACA JUGA:Irjen Kemensos dan Satgassus Polri ke Lamongan Monev Program BPNT dan PKH Bukan Penggeledahan

"Fokus konservasi ini setidaknya ada 124 koleksi baik fosil maupun replika tengkorak," katanya. 

Dikatakan, tujuan dari konservasi ini untuk melakukan pemeliharaan dan perawatan semua koleksi yang ada di sini untuk memperpanjang usia koleksinya agar dapat dinikmati oleh generasi berikutnya. 

BACA JUGA:Pemkab Tulungagung Luncurkan Aplikasi Si-Trust, Pertama di Jatim

Adapun alat yang digunakan dalam konservasi. Di antaranya timbangan, hardness tester, pengukur warna fosil, kuas, tatah, dental tools, dan lain-lain. Sedangkan bahan untuk membersihkan fosil pihaknya menggunakan cairan alami dari ekstrak jeruk atau lemon. Selain itu juga cairan kimia sintetik, seperti larutan palaroid b72, lem eboxy, alteko, acetan, dan alkohol. 

"Tentunya hasil dari konservasi ini akan kita laporkan ke dinas terkait agar ke depannya bisa menjadi acuan untuk kegiatan rutin yang harus dilaksanakan," pungkasnya. (*)

Sumber: