umrah expo

Menulis Ulang Hikayat Giri Kedaton Lewat Sastra, Yayasan Gang Sebelah Luncurkan Buku Tambo Girisik

Menulis Ulang Hikayat Giri Kedaton Lewat Sastra, Yayasan Gang Sebelah Luncurkan Buku Tambo Girisik

Penampilan musikalisasi puisi saat peluncuran buku Tambo Girisik.--

GRESIK, MEMORANDUM.CO.ID - Yayasan Gang Sebelah meluncurkan buku berjudul Tambo Girisik yang menuliskan ulang hikayat Giri Kedaton ke dalam bentuk karya sastra cerita pendek (cerpen). buku tersebut merupakan hasil residensi 10 orang penulis dari seluruh Indonesia di Kota Pudak. 

Para penulis tersebut mengikuti program Residensi LiteraTutur yang digelar oleh Yayasan Gang Sebelah. Mereka tak cuma tinggal di Gresik dalam beberapa waktu, tetapi juga ikut menyelami sejarah, tradisi, budaya, dan kehidupan masyarakat setempat. 

BACA JUGA:Perkuat Ekosistem Sastra Gresik, Yayasan Gang Sebelah Kembali Gelar Sapa Sastra 2025


Mini Kidi--

Ketua Yayasan Gang Sebelah, Hidayatun Nikmah mengatakan, para penulis itu juga diajak berkunjung ke kawasan Giri Kedaton. Terutama menyambangi situs-situs kerajaan yang didirikan Sunan Giri tersebut. 

Hasilnya adalah 10 buah cerpen yang ada di dalam buku Tambo Girisik. Masing-masing penulis menceritakan Gresik dengan cara mereka yang beragam. Tentu dengan tema yang beragam pula.

BACA JUGA:Putu Wijaya, Sastrawan Absurd yang Maknai Kehidupan Lewat Cerpen dan Teater Minimalis

“Para penulis berasal dari seluruh Indonesia. Dari banyak penulis kami pilih menjadi 10 penulis untuk didatangkan mengikuti residensi di Gresik,” ujar Nikmah, Minggu 26 Oktober 2025. 

Dalam peluncuran yang digelar pada Sabtu 25 Oktober 2025 malam, cerpen Palagan Terakhir Giri Kedaton karya Lucia Priandarini yang menjadi pembuka buku Tambo Girisik dibacakan secara langsung di atas panggung. 

Dewi Musdalifah, Pembina Yayasan Gang Sebelah menjelaskan alasan mendatangkan para penulis dari luar daerah itu agar mereka menuliskan Gresik dengan lebih jujur. Tanpa adanya embel-embel kebanggaan daerah. 

BACA JUGA:Gelar Kondankai Ke-81, Prodi Sastra Jepang Pererat Pertukaran Budaya Melalui Musik

“Di sini kita memandang Gresik dengan meminjam mata orang lain. Karena ketika kita mengundang orang luar Gresik, mereka akan lebih jujur dalam memandang dan bercerita tentang Gresik,” tutur Dewi. 

Seperti yang juga dilakukan Rosul Jaya Raya (23), peserta residensi asal Pulau Madura. Dirinya mengaku cukup takjub dengan berbagai budaya Gresik yang sebelumnya tak pernah ia ketahui. 

“Awalnya saya memandang Gresik hanya sebagai sebuah wilayah urban yang sangat industri. Namun ketika mengikuti residensi ini, saya menemukan pengetahuan baru bahwa Gresik memiliki kebudayaan yang cukup kuat,” ujar penulis muda tersebut.

Sumber: