umrah expo

Perkuat Ekosistem Sastra Gresik, Yayasan Gang Sebelah Kembali Gelar Sapa Sastra 2025

Perkuat Ekosistem Sastra Gresik, Yayasan Gang Sebelah Kembali Gelar Sapa Sastra 2025

Forum diskusi Sapa Sastra 2025 yang digelar Yayasan Gang Sebelah di Café Sualoka Hub, Kampung Kemasan, Gresik.--

GRESIK, MEMORANDUM.CO.ID - Para pelaku seni di GRESIK melalui Yayasan Gang Sebelah tengah berupaya memperkuat ekosistem sastra di Kota Pudak. Upaya itu tampak dalam forum Sapa sastra 2025, yang mereka gelar di Café Sualoka Hub, Kampung Kemasan, Minggu malam, 19 Oktober 2025.

Forum diskusi yang melibatkan para pegiat dari beragam latar belakang itu merupakan bagian dari Program Penguatan Komunitas Sastra. Diusung oleh Dirjen Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan Kementerian Kebudayaan RI.

BACA JUGA:Dapur MBG di Gresik Belum Kantongi SLHS, Dinkes Percepat Penerbitan


Mini Kidi--

Di hari sebelumnya, Yayasan Gang Sebelah juga menggelar focus group discusion (FGD) yang diikuti 30 peserta dari lintas disiplin. Mulai dari para pendidik, penulis, penikmat sastra, dan pegiat budaya ikut terlibat. 

Sapa Sastra ini merupakan tindak lanjut dari hasil FGD yang berlangsung pada hari Sabtu kemarin,” ujar Ketua Yayasan Gang Sebelah, Hidayatun Nikmah.

BACA JUGA:Kepedulian Polres Gresik, Antar Jenazah Pahlawan Devisa Asal Lowayu ke Rumah Duka dengan Gratis

Sapa Sastra hadir dari kegelisahan para pelaku sastra di Kota Pudak. Terutama terkait tradisi kepenulisan sastra yang dirasa masih minim keterlibatan dari masyarakat umum maupun pemerintah.

Oleh karenanya, forum itu juga berupaya untuk menggali strategi aktivasi sastra. Agar karya, ruang, dan komunitas dapat saling menguatkan, serta membumikan sastra, sehingga tidak terkesan sebagai kerja yang berada di menara gading. 

“Agar sastra tidak berhenti sebagai wacana elitis, melainkan menjadi praktik hidup yang dekat dengan masyarakat,” tuturnya. 

BACA JUGA:Depresi karena Putus Cinta, Pemuda Driyorejo Gresik Nekat Akhiri Hidup

Beberapa sastrawan berpengalaman turut dihadirkan sebagai narasumber di forum tersebut. Di antaranya yakni Yogi Ishabib, Imam Muhtarom, dan Dewi Musdalifah yang merupakan sastrawan asal Gresik.

Dalam paparannya, Dewi Musdalifah menyayangkan masih kurangnya ruang-ruang apresiasi karya sastra yang ada di Gresik. Ia menyebut, dukungan pemerintah daerah terhadap kerja-kerja sastra juga masih minim.

“Ini terlihat dari kegiatan bedah buku yang dilakukan dinas-dinas bersama komunitas di Gresik, hampir seratus persen yang dibedah adalah buku sejarah. Buku sastra tidak pernah dianggap penting untuk dibedah,” ujar Dewi yang juga Pembina Yayasan Gang Sebelah. 

Sumber: