umrah expo

Komunikasi Publik Jangan Terjebak Jadi Propaganda

Komunikasi Publik Jangan Terjebak Jadi Propaganda

Catatan Redaksi Eko Yudiono.--

Belakangan ini, publik ramai memperbincangkan penayangan video pendek capaian Presiden Prabowo Subianto yang ditampilkan di bioskop sebelum film dimulai.

Fenomena ini menuai beragam respons, mulai dari apresiasi hingga kritik. Sebagian masyarakat menilai tayangan tersebut dapat menjadi penyemangat agar publik tetap optimistis terhadap langkah pemerintah.

Namun, tidak sedikit pula yang khawatir penayangan ini justru dipersepsikan sebagai propaganda.

Di satu sisi, publikasi capaian pemerintah memang penting.

Masyarakat berhak mengetahui sejauh mana program yang dijalankan membawa manfaat bagi kehidupan mereka.

Dengan informasi yang jelas, rakyat bisa menilai arah kebijakan negara dan menumbuhkan rasa percaya kepada pemimpinnya.

BACA JUGA:Request untuk Menpora Anyar

BACA JUGA:Hannibal Lecter dengan Kearifan Lokal


Mini Kidi--

Dalam konteks ini, tayangan capaian presiden di ruang publik seperti bioskop bisa dilihat sebagai upaya membangun komunikasi langsung dengan masyarakat luas.

Namun, yang perlu dicermati adalah batas antara publikasi capaian dan propaganda.

Jika informasi yang ditampilkan hanya bersifat pencitraan, tanpa disertai bukti nyata di lapangan, masyarakat justru akan memandang pesimis.

Tayangan yang semula dimaksudkan sebagai motivasi dapat berubah menjadi bumerang.

Masyarakat akan merasa dipaksa menerima narasi keberhasilan, sementara kehidupan sehari-hari masih diwarnai kesulitan ekonomi, keterbatasan lapangan kerja, dan layanan kesehatan maupun pendidikan yang belum merata.

Sumber:

Berita Terkait