SURABAYA, MEMORANDUM-Seorang mahasiswa Fakultas Farmasi (FF) Universitas Airlangga (Unair) berhasil menorehkan prestasi membanggakan di tingkat internasional. Ia adalah Beatrix Yapply, peraih juara III elementary category La Pianista Piano Competition 2024 di Grand City, Surabaya.
La Pianista Piano Competition adalah kompetisi bermain piano tingkat internasional yang diselenggarakan oleh La Pianista Music bersama MILKU. Lomba tersebut berlangsung di beberapa kota negara seperti Surabaya, Medan, Semarang, Jakarta, Bali, Singapore, dan Taiwan.
“Ini lomba pertama saya di tahun ini. Lebih spesifiknya ini yang kedua kalinya setelah terakhir kali saya ikut lomba piano yaitu waktu SD. Saya juga sempat hengkang sejenak karena Covid-19. Oleh karena itu, sebenarnya saya ikut lomba lagi karena ingin mengeksplorasi diri saya lebih jauh,” terangnya.
BACA JUGA:5 Tips untuk Memulai Gaya Hidup Sehat di Awal Tahun
Beatrix, sapaan akrabnya, mengaku bahwa ia tidak menyangka bisa masuk ke dalam 3 besar. Pasalnya, saat kompetisi berlangsung ia sempat merasa gugup dan panik. Awalnya, ia mencoba untuk percaya diri, tetapi kakinya tiba-tiba bergetar sehingga membuat ia panik. Rasa panik tersebut membuatnya menjadi sedikit kurang fokus sehingga melakukan kesalahan ketika menekan tuts piano.
BACA JUGA:7 Kelebihan Diet Vegan, Gaya Hidup Tanpa Produk Hewani
“Terlepas dari itu, saya sejenak melupakan kejadian itu dan kembali fokus melihat ke depan untuk menyelesaikan musik yang saya bawakan,” ujarnya.
Ia selalu percaya bahwa musik yang indah bukan hanya berasal dari pembacaan not-not balok dan penekanan pada tuts-tuts hitam putih piano dengan sempurna. Lebih dari itu, musik yang indah juga berasal dari cerita dan rasa yang ada dalam sebuah lagu serta kekhasan pemain saat tampil di depan penonton.
“Hal itu yang tentunya saya usahakan saat berkompetisi. Saya rasa hal inilah yang membawa saya bisa memperoleh juara 3. Walaupun, saya sempat salah menekan tuts 2 kali,” kata dia.
Beatrix bercerita bahwa ia mulai mengenal piano sejak kecil. Ia memulai les piano sejak kelas 1 SD karena dorongan kedua orang tuanya. Pada saat itu, ia mencoba untuk mengikuti beberapa perlombaan, meskipun tidak menang. Lalu saat SMP, ia hanya fokus berlatih untuk ujian piano ABRSM. Hal itu membuat ia menjadi kurang tertarik lagi untuk mendalami piano. Akhirnya, ketika pandemi 2020, ia berhenti sejenak dari les piano karena merasa bosan.
Kendati demikian, selama itu pula Beatrix berhasil menemukan konten-konten kreator musik klasik di YouTube yang mengenalkannya pada permainan musik orkestra. Dari sanalah, ia memiliki ketertarikan lagi untuk kembali bermain piano. Ia juga melihat bahwa musik adalah sesuatu yang kaya dan dinamis. Ia percaya, dinamika nada dan intensitas bunyi yang berasal dari musik dapat menyentuh hati.
“Bagi saya, piano adalah hobi yang membuat saya bertumbuh dalam keberanian dan juga aesthetic. Sebuah media untuk menyampaikan berbagai lagu dengan interpretasi saya yang unik dari yang lain,” ucapnya.
Mahasiswa asal Surabaya itu berkata bahwa hasil yang ia peroleh tidak lepas dari usaha dan kerja kerasnya. Sebelum berkompetisi, Beatrix harus berlatih dengan rajin dan intens. Selain berlatih, hal yang sangat krusial adalah menemukan guru atau mentor yang sudah berpengalaman. Baginya, saran guru atau mentor sangat berpengaruh terhadap performanya saat bermain piano.
“Saran-saran yang saya dapatkan membuat saya tersadar walaupun saya sudah mengerti teori piano, kenyataanya masih banyak hal yang secara praktik harus saya perbaiki. Saran-saran ini membuka mata saya bahwa terkadang saya melewatkan banyak detail dan highlight lagu,” pungkasnya. (alf)