Istighosah Kebangsaan di Surabaya, Atikoh Ganjar Pranowo Doakan Masyarakat Terhindar Polio

Jumat 19-01-2024,19:00 WIB
Reporter : Alif Bintang
Editor : Ferry Ardi Setiawan

SURABAYA, MEMORANDUM - Ribuan emak-emak relawan Ganjar-Mahfud MD memadati acara Istighosah Kebangsaan untuk Indonesia Unggul bersama Hj Siti Atikoh Supriyanti di gedung Jatim Expo, Surabaya, Jumat, 19 Januari 2024.

Pada kesempatan ini, istri dari calon presiden (capres) Ganjar Pranowo tersebut hadir secara langsung memberikan sosialisasi tentang bahaya polio.

BACA JUGA: Ribuan Santriwati Ponpes Albadru Alaina Sambut Siti Atikoh yang Safari ke Tulungagung

Selain itu, Atikoh turut mendoakan agar masyarakat terbebas dari penyakit yang tengah jadi konsen dunia itu. 

"Jatim masuk ke dalam KLB (kejadian luar biasa) polio. Jadi mohon ibu-ibu bisa mensosialisasikan kembali ke saudara, ke tetangga tentang bahaya polio apabila tidak segera dicegah. Dan semoga Indonesia semakin tangguh dan masyarakatnya diberi keselamatan dari penyakit polio," kata Atikoh. 

Berbicara polio, Atikoh memaparkan bahwa yang paling berisiko terkena penyakit ini adalah anak-anak di bawah usia 5 tahun. Hal ini disebabkan belum kuatnya daya tahan tubuh. Sehingga rentan dan berisiko tinggi. 

Penularannya pun disebut sangat cepat. Anak-anak yang tinggal di lingkungan sanitasi buruk dan tidak menerapkan Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS) rentan terjangkiti polio. Seperti tidak mencuci tangan dengan sabun dan buang air besar sembarangan. 

"Targetnya pada tahun 2026, seluruh dunia bisa terbebas dari polio. Sehingga tidak ada lagi anak yang mohon maaf lumpuh layu, karena kalau sudah seperti itu tidak bisa diobati. Yang bisa diobati adalah gejalanya. Tetapi untuk lumpuhnya tidak bisa, jadi hanya bisa diturunkan risikonya," terangnya. 

Atikoh mengatakan, KLB Polio yang terjadi di Jatim ini mungkin disebabkan karena kurangnya cakupan imunisasi. Terlebih, hampir dua tahun belakang pemerintah fokus penanganan pandemi.

"Mungkin kita agak kecolongan kemarin ketika pandemi, sehingga imunisasinya itu coverage kurang," ucapnya.

Kondisi ini tentu disayangkan, sebab Indonesia dalam 8 tahun terakhir sudah bebas dari Polio. Lulusan Universitas Tokyo itu menegaskan, perlu edukasi masif agar pencegahan bisa dilakukan dengan optimal.

BACA JUGA:Ketika Ning Atikoh Ganjar Diskusi Bareng Nyai dan Ning Jawa Timur

"Seluruh pihak perlu ada edukasi terkait dengan yang pertama adalah pencegahan. Jalan satu-satunya ya imunisasi, kepada anak-anak karena yang rentan anak di bawah umur 5 tahun. Imunisasinya harus benar-benar konkret, 5 kali dan 6 kalinya booster," jelasnya.

Soal kesehatan ini, lanjut Atikoh, pun jadi prioritas dalam 21 program unggulan Ganjar-Mahfud. Pencegahan terhadap polio ini akan sejalan dilakukan dengan penguatan program 1 Desa 1 Faskes dan 1 Nakes.

"Kemudian posyandu. Itu kan dari oleh untuk rakyat. Jadi ini bener-bener berbasis komunitas dan program Ganjar-Mahfud itu memberikan insentif kepada kader posyandu. Indonesia punya posyandu 330 ribu lebih dan kadernya 1,5 juta, tentu itu tidak berat bagi negara kalau kita memang mau mencetak generasi unggul dengan cara semua warga negara itu kuat dan sehat," pungkasnya. (*)

Kategori :