Efisiensi Anggaran Kemendikbudristek Berdampak pada Pemotongan Tunjangan Dosen Non-PNS

Efisiensi Anggaran Kemendikbudristek Berdampak pada Pemotongan Tunjangan Dosen Non-PNS

Prof Dr Oscarius Yudhi Ari Wijaya.--

Akademisi Desak Dikaji Ulang

SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID- Kebijakan efisiensi anggaran yang dilakukan oleh pemerintah terhadap anggaran Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berdampak pada pemotongan tunjangan dosen non-PNS sebesar 25%.

Adanya kebijakan ini pun dikhawatirkan dapat menurunkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia. Terlebih, masalah tukin dosen PNS yang belum dibayarkan sejak tahun 2020 juga urung tuntas.

BACA JUGA:Gelar Wisuda ke-130, Rektor Untag Surabaya Ajak Mahasiswa Jadi Lulusan yang Tangguh

BACA JUGA:Kukuhkan 3 Gubes, Rektor Untag Surabaya Harap Semakin Berkontribusi Bagi Bangsa dan Negara


--

Menurut Prof Dr Oscarius Yudhi Ari Wijaya selaku Guru Besar Ilmu Manajemen dari Akademi Sekretari dan Manajemen Indonesia (ASMI) Surabaya, pemotongan tunjangan ini akan berdampak signifikan terhadap kesejahteraan dosen non-PNS.

"Dosen memiliki peran krusial dalam sistem pendidikan tinggi, yaitu melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Sehingga pengurangan tunjangan sebesar 25 persen dapat menyebabkan demotivasi dalam melaksanakan tridharma perguruan tinggi," terangnya, Minggu, 23 Februari 2025.

Oscarius menjelaskan, berdasarkan teori motivasi Herzberg (1959), kesejahteraan finansial termasuk dalam kategori hygiene factors yang jika tidak terpenuhi dapat menyebabkan ketidakpuasan kerja.

Dengan demikian, ketika dosen kehilangan sebagian besar tunjangan, maka mereka cenderung mencari sumber penghasilan tambahan di luar aktivitas akademik.

Hal ini secara otomatis dapat mengurangi waktu dan energi yang seharusnya dialokasikan untuk mahasiswa.

"Akibatnya, kualitas pembelajaran dapat menurun karena dosen memiliki keterbatasan dalam mempersiapkan materi, melakukan evaluasi, serta memberikan bimbingan akademik yang optimal," tandasnya.

Merujuk tulisan Altbach dan Salmi (2011) mengenai faktor penentu keberhasilan pendidikan tinggi, interaksi intensif antara mahasiswa dan dosen merupakan salah satu aspek utama dalam menciptakan lulusan berkualitas.

Sehingga dengan menurunnya keterlibatan dosen akibat pemotongan tunjangan, Oscarius pun berpendapat bahwa mahasiswa akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh pengalaman belajar yang mendalam hingga berdampak pada rendahnya kompetensi lulusan dalam menghadapi dunia kerja.

Selain itu, kata Oscarius, pemotongan tunjangan juga dapat memengaruhi penelitian dan inovasi akademik.

Sumber: