Pamit Pergi Tak Pernah Kembali, Transfer Tabungan Rp 2,1 M
Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya
Pada teleponnya yang tiba-tiba itu, pada hampir tengah malam lagi, nada bicara Toni terdengar seperti tentara kalah perang. “Maaf, Mas Jos. Aku ada perlu amat mendadak.”
Dengan memelas Toni berkata, “Pinjami aku barang sepuluh juta. Minggu depan pasti aku kembalikan. Kirim ke nomor ini. Nanti aku WA.”
“Kau di mana?”
“Jauh, Mas. Tapi percayalah, pasti akan aku kembalikan.”
“Untuk apa?”
Tidak ada jawaban.
Memorandum menghalo-halo namun tidak ada respons. Lama sekali sampai sambungan telepon terputus. Memorandum mencoba menelepon balik, tidak bisa. Telepon tidak aktif.
Memorandum juga menunggu WA dari Toni, tapi tidak ada pesan masuk. Sejam-dua jam, tidak juga ada yang masuk. Bahkan sampai esok harinya, tidak ada pesan WA yang masuk. Ya sudah!
Baru 10 hari kemudian, Rabu, 15 Januari 2020 sekitar pukul 07.10, ada telepon masuk. Bukan dari Toni. Tapi dari Titin. “Mas Jos ada waktu? Sekarang juga saya tunggu di rumah,” katanya singkat. Tanpa menunggu jawaban, sambungan telepon diputus.
Memorandum bergegas menstarter Beat dan meluncur ke rumah Titin. Perempuan yang sudah dua tahun berhijab syar’i ini menunggu di pagar rumah. Tidak sendirian, melainkan bersama anak sulungnya, Hadak.
“Maaf, Om. Mengganggu,” kata Hadak.
Kami pun berbasa-basi sejenak sebelum akhirnya Titin bercerita. Menurut dia, sepekan lalu dia di-WA Toni. Isinya sangat panjang. Intinya, Toni minta maaf karena selama ini sudah mengecewakan keluarga.
Dia mengakui kesalahannya yang tergoda Nenen. Purel rumah hiburan di kawasan pusat kota itu telah menjebaknya. Ternyata Nenen yang mengaku hamil dan minta tanggung jawab Toni itu tidak pernah hamil.
Nenen melakukan itu setelah mengetahui Toni barusan mendapat warisan dari ayahnya yang mimiliki bisnis kelapa sawit dan tambang batubara. “Saya malah tidak pernah tahu kalau ayah mertua pengusaha besar. Setahu saya, dia pegawai negeri. Bang Toni tidak pernah membicarakannya,” kata Titin, yang menjelaskan bahwa perkawinannya dengan Toni memang tanpa persetujuan orang tua Toni, terutama ayahnya. Jadi, selama ini mereka berumah tangga tanpa restu orang tua.
“Saya tidak tahu dari mana Mbak Nenen tahu Bang Toni anak orang kaya,” imbuh perempuan sederhana ini, yang sebenarnya tidak pernah marah atas ulah Toni. Titin bahkan selalu memaafkan kesalahan suami. Andai Hadak tidak bersikap kasar terhadap Toni, bisa saja Titin akan menerima kehadiran Nenen. Mungkin.
Kata Titin, setelah mengirimkan pesan WA, telepon Toni tidak bisa dikontak. Isi pesan selanjutnya adalah penjelasan Toni bahwa dia telah mentransfer tabungan Titin sebesar Rp 2,1 miliar. “Papa juga pamit pergi jauh. Tidak usah dicari,” sela Hadak.
“Ke mana?” tanya Memorandum. Masygul. (habis)