Perlu diketahui sumber kebutuhan air di Surabaya tinggi. Namun dalam satu sisi kandungan fosfat di dalam air juga tinggi. Hal tersebut tentu berdampak pada kesehatan. Menurutnya kandungan fospat yang tinggi dalam tubuh bisa menyebabkan beberapa komplikasi.
"Fospat bahaya juga, maka untuk menghilangkan nya mana harus digunakan banyak klorin. Jadi bahan kimia yang ditambahkan untuk mengolah sumber kebutuhan air warga Surabaya jadi semakin banyak, " jelasnya.
Bahkan senyawa klor itu sangat berbahaya. Jika masuk ke dalam tubuh senyawa tersebut tidak bisa keluar.
"Jadi air sungai kan beracun karena mengandung bahan kimia fosfat tadi itu. Kalau kemudian di netral kan harus ada kayak bahan kimia lain yang mengikat seperti itu. Justru semakin banyak bahan kimia yang digunakan. Semakin tidak aman sumber air ini, " terangnya.
Pihaknya mengajak warga kota untuk berkontribusi dan ikut menjaga lingkungannya.
"Paling tidak jangan buang limbahnya ke sungai. Karena apa yang kita buang akan kembali ke tubuh kita. Maka ini harus perlu dipikirkan. Surabaya tidak hanya fokus pada taman taman atau penghijauan saja, tapi sumber air ini juga harus perlu dipikirkan. Sebenarnya ini momentum untuk orang Surabaya tidak hanya membangangkn taman saja, tapi Surabaya memiliki problem serius masalah sungai dan air, jadi Surabaya tidak baik baik saja. Tapi ada problem tentang air, kita mencemari air yang kita minum sendiri, " paparnya.
Selain mencemari air, limbah rumah tangga ini akan merusak habitat ikan di sungai. Sehingga ikan akan terkandung bahan kimia tersebut dan bahaya ketika dikonsumsi.
"Kalau ikan hasil pancingan dari sungai itu dikonsumsi ya berbahaya. Itu akan mencemari rantai makanan. Sama halnya ikan makan plankton, sementara plankton nya makan bahan bahan kimia tadi. Itu sangat tinggi terkontaminasi nya ikan ikan tersebut. Terdapat kadar fospat, senyawa klor, dan bahan bahan kimia serta logam berat. Termasuk senyawa penggangu hormon. disebutnya mikro polutan, di mana ada fosfat, klorin, nitrit, nitrat, bahan kimia didalam air itu namanya mikro polutan, " pungkasnya. (*)