Bekerja Keras Menjadi Insan yang Bermanfaat Bagi Ummat

Jumat 31-03-2023,16:50 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

oleh: M Nor Muhlas S.Pd, MSi Dirut Perumda Tugu Tirta Kota Malang Rasulullah, para nabi dan sahabat adalah pekerja keras yang memiliki keahlian. Jika kita ingin meneladani mereka, maka yakinkan diri kita berkeahlian dan memiliki semangat bekerja keras. Tekankan pula bahwa profesi yang kita kerjakan untuk kemaslahatan ummat. Islam menempatkan bekerja sebagai ibadah untuk mencari rezeki dari Allah. Bekerja untuk mendapatkan rezeki yang halalan thayiban termasuk jihad di jalan Allah yang nilainya sejajar dengan melaksanakan rukun Islam. Dengan demikian bekerja adalah ibadah dan menjadi kebutuhan setiap umat manusia. Bekerja yang baik, sifatnya wajib dalam Islam. Setiap insan yang bekerja artinya menjalankan amanat Allah SWT, bahwa manusia harus bisa memberikan kemanfaatan bagi orang lain melalui bekerja. Dalam hal ini, konteks bekerja bukan sekadar untuk mencari rezeki. Karena, sejatinya rejeki itu adalah sesuatu yang sudah masuk wilayah kewenangan Allah. Siapapun telah diatur rezekinya oleh Allah. Bekerja yang giat dan bertanggungjawab merupakan bagian dari tugas manusia untuk menjadi manusia yang bermanfaat. Melengkapi bekerja keras dan profesional adalah praktek bersikap dan berperilaku mencontoh Rasulullah yaitu bersifat siddiq, fathonah, amanah dan tabligh agar kita diberikan keselamatan dunia dan akhirat. Sifat siddiq adalah dapat dipercaya dan jujur. Sifat fathonah adalah harus pintar. Sifat amanah adalah melaksanakan tugas yang dibebankan dan tabligh adalah mampu melakukan komunikasi yang baik. Wujud dari kita bekerja selain mendapat rezeki halal adalah pengakuan dari lingkungan atas prestasi kerja kita. Allah juga telah menjanjikan kita mempunyai peluang memperoleh rezeki yang luas asalkan bekerja profesional dan cerdas melalui etos kerja yang tinggi. Islam telah mengajarkan bagaimana mempraktekan etos kerja yang tinggi. Ada empat prinsip etos kerja tinggi yang diajarkan Rasulullah seperti diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam “syu’bul Iman”. Pertama, bekerja secara halal. Kedua, kita bekerja demi menjaga diri supaya tidak menjadi beban hidup orang lain. Ketiga, bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarga. Keempat, bekerja untuk meringankan hidup tetangga. Artinya, kita setelah memperoleh rezeki tidak boleh egois dan harus peduli untuk meringankan kesulitan ekonomi tetangga atau warga di sekitar kita yang membutuhkan bantuan. Prinsip inilah yang harus dipegang teguh, sebagai upaya kita menjadi insan yang bermanfaat. Di bulan Ramadan yang mulia memang seyogyanya setiap muslim memfokuskan diri untuk beribadah kepada Allah, karena pahala di bulan Ramadan dilipatgandakan dibandingkan bulan lainnya. Namun dengan diiringi iman yang kuat dan mampu memahami makna bekerja keras seperti telah dijelaskan, maka semoga kita termasuk golongan yang mampu menunaikannya dengan baik. "Dan sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Al-Qadlaa’iy dalam Musnad Asy-Syihaab no. 129, Ath-Thabaraaniy dalam Al-Ausath no. 5787). (*)

Tags :
Kategori :

Terkait