Kalah dari Manchester United di Piala FA, Istri Kai Havertz Diancam via Medsos
Para pemain Arsenal bersalama dengan pemain MU jelang kick off.-Instagram Arsenal.-
SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID-Istri pemain Arsenal Kai Havertz membagikan pesan-pesan kasar yang dia terima di media sosial setelah Arsenal kalah dari Manchester United di Piala FA, Senin dinihari, 13 Januari 2025.
Sophia Havertz membagikan dua postingan di Instagram Story-nya pada hari Senin, termasuk postingan di mana seseorang mengancam akan "membantai" bayinya yang belum lahir.
BACA JUGA:Pekan Terakhir yang Mendebarkan, Manchester City dan Arsenal Bersaing Memperebutkan Gelar Juara
BACA JUGA:Hadapi Arsenal, Manchester United Turunkan Tukang Pukul
BACA JUGA:Sayang Jesus, Arteta Janji Mempertahankannya di Arsenal Musim Depan
Arsenal tersingkir dari piala setelah kalah adu penalti dari pemegang gelar United. Striker Jerman Havertz melewatkan peluang untuk memenangkan pertandingan di Stadion Emirates ketika melepaskan tembakan dari jarak dekat dan kemudian penaltinya diselamatkan dalam adu penalti.
Sophia Havertz mengungkapkan rasa muaknya atas pelecehan yang diterimanya usai pertandingan.
"Bagi siapa pun yang berpikir tidak apa-apa menulis sesuatu seperti ini, sungguh mengejutkan bagi saya.Saya harap Anda malu pada diri sendiri," tulisnya seperti dilansir ESPN.
Menanggapi ancaman terhadap bayinya, dia menulis: "Saya tidak yakin harus berkata apa, tapi tolong teman-teman lebih hormat. Kami lebih baik dari ini,” ungkapnya.
Otoritas sepak bola dan polisi telah berusaha melawan pelecehan online terhadap pemain.
Asosiasi Sepak Bola Inggris mengatakan tahun lalu bahwa mereka menyediakan dana sekitar £25.000 ($32.000) atau sekitar Rp 520,8 juta untuk membantu polisi menekan insiden di Kejuaraan Eropa.
Pada Euro 2021 sebelumnya, pemain Inggris Bukayo Saka, Marcus Rashford, dan Jadon Sancho menjadi sasaran pelecehan rasial di media sosial setelah gagal mengeksekusi penalti dalam kekalahan adu penalti dari Italia di final.
Badan sepak bola dunia FIFA telah membentuk Layanan Perlindungan Media Sosial, yang dikatakan melindungi pemain, tim, dan ofisial dari penyalahgunaan online dengan menjaga media sosial mereka bebas dari kebencian.
Pada Piala Dunia Wanita tahun 2023, 20% pemain menerima pesan yang diskriminatif, kasar, atau mengancam, kata SMPS, sekitar setengahnya bersifat anti-gay, seksual, atau seksis.
Sumber: