Nasi Jumat

Jumat 21-08-2020,17:01 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Ibadah juga berkembang. Dulu saat saya masih kecil, belum banyak yang mengenakan jilbab. Kini, lebih banyak yang mengenakan daripada yang tidak. Beberapa tahun lalu, rasanya, belum banyak masjid yang setiap jumat menyediakan makan: nasi kotak maupun bungkus. Sekarang, hampir setiap masjid, menyediakan nasi gratis. Luar biasa. Ada jamaah yang antusias mengambilnya, ada juga yang tidak, meski tahu di situ ada pembagian nasi Jumat gratis. Terutama mereka yang rumahnya dekat dengan masjid. Mungkin mereka memprioritaskan jamaah yang jauh. Yang dekat mungkin mereka berpikir: toh sebentar lagi makan di rumah. Tak hanya di masjid, "nasi jumat" juga dibagikan kepada siapa saja yang berada di lapangan. Bisa pasukan bersih-bersih jalanan, para penjaga taman, manusia tikungan, tukang becak, ojek online (ojol), penjaga ril KA amatir dan lain-lain. Saya sering melihat, pada Jumat pagi, mantik (manusia tikungan) di depan pasar bunga Bratang, sudah dapat tiga kotak (sebagian bungkus) ketika shiftnya sudah selesai dan diganti temannya, ia bawa nasi dari para dermawan itu. Tak berapa lama, shift yang baru mengganti itu, sudah dapat nasi kotak dari sebuah mobil yang lewat di situ. Tak hanya "pekerja" lapangan saja yang dapat, juga rumah yatim/piatu dan lapas. Ada kordinatornya yang membagi dari Jumat ke Jumat. "Jumat depan kita bagi nasi kotak lapas wanita, siapa ikut?" begitu ajakan teman-teman di grup. Saya salut. Ada saja idenya untuk beramal. Siapa saja dermawan "nasi Jumat" itu? Macam-macam. Kebanyakan. Beli nasi bungkus lalu diberikan kepada siapa yang mereka temui dan cocok dengan targetnya. Sebagian yang lain, dari klub. Misalnya, klub sepedaan. Ada yang bersepeda sambil membawa bungkusan, lalu diberikan kepada masyrakat yang membutuhkan. Ada juga lainnya, dari pemilik cafe, restoran, perusahaan yang pada umumnya berkantor di tepi jalan, lalu memberikan nasi gratis kepada siapapun yang lewat. Biasanya mereka malah mengumumkannya pakai "halo-halo". Yang cerdas, saya lihat beberapa masjid meminta ibu-ibu yang kurang mampu untuk memasakkan. Ada beberapa ibu-ibu yang dipilih. Tentu yang paling memmbutuhkan. Satu Ibu yang ada yang dapat jatah menyediakan 20 bungkus, ada juga yang 30 bungkus. Setiap Jumat diumumkan. Ada juga masjid yang tidak mau repot, hanya terima nasi yang sudah siap bagi. Rupanya, banyak cara memperbanyak ibadah pada Jumat selain membaca ayat-ayat khusus seperti Al-Kahfi, bersih-bersih diri (mandi besar, potong kuku dan bulu), kini juga bersedekah nasi. Nikmatnya berbagi. Asyiknya beribadah. Salam! Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)

Tags :
Kategori :

Terkait