Gara-Gara Padel: Makin Intens dengan Teman Main (2)

Rabu 24-12-2025,09:00 WIB
Reporter : Anis Tiana Pottag
Editor : Ferry Ardi Setiawan

HARI-hari Bintang semakin tak terpisahkan dari lapangan padel. Jadwal latihannya bertambah, turnamen komunitas makin sering diikuti, dan grup WhatsApp Padel Warriors selalu aktif dari pagi hingga malam. Bulan tak lagi bisa mengingat kapan terakhir kali mereka makan malam bersama tanpa Bintang memegang raket di tangan kanan dan HP di tangan kiri.

Yang berbeda kali ini adalah sosok baru bernama Dira wanita enerjik, single, dan juga anggota komunitas padel yang sama. Dira bukan hanya jago di lapangan, tapi juga pandai mencairkan suasana. Setiap kali Bintang lambat merespons di rumah,

Bulan melihat foto-foto Dira muncul di grup padel. Senyum mereka berdua yang lepas setelah tanding malam, candaan di pinggir lapangan, dan ucapan selamat di postingan Instagram.


Mini Kidi--

Bulan mencoba bertanya, “Kok sekarang sering banget mainnya? Tiap malam ada aja?”

Bintang menanggapi sambil menyeka keringat, “Namanya juga hobi, Bu. Kamu juga kan dulu dukung aku olahraga.”

Bulan mengangguk, meski hatinya tak sependapat. Dulu memang ia mendukung, tapi sekarang, padel rasanya lebih penting daripada anak-anak yang nunggu ayahnya pulang untuk bantu PR, atau dirinya yang menyiapkan makan malam yang kini dingin tak tersentuh.

Suatu malam, Bulan memberanikan diri membuka obrolan. “Kamu kayaknya makin dekat sama Dira ya?”

Bintang terdiam. Lalu, seperti biasa, ia memilih defensif. “Jangan mikir yang enggak-enggak. Teman biasa aja. Di sana semua juga pada akrab.”

“Tapi kenapa rasanya kamu lebih nyaman cerita ke dia daripada ke aku?” tanya Bulan lirih.

“Karena kamu terlalu cepat curiga, terlalu cepat marah. Sama Dira, ngobrolnya enak, enggak ribet. Beda.”

Jawaban itu menghantam hati Bulan seperti bola padel yang dipukul keras. Ia tak membalas. Hanya memandangi suaminya yang kini bukan lagi tempat pulang, tapi sekadar orang asing yang tinggal di rumah yang sama.

Sejak saat itu, interaksi makin renggang. Bintang makin banyak keluar malam dengan alasan “latihan tambahan,” sementara Bulan mulai menjaga jarak, menumpahkan lelahnya hanya pada jurnal harian dan doa malam. Anak-anak mulai bertanya kenapa ayah selalu pergi malam hari. Bulan hanya tersenyum dan menjawab, “Ayah sedang mengejar juara.”

Padahal yang dikejar Bintang bukan sekadar piala tapi kehangatan dan rasa dihargai yang selama ini ia temukan di lapangan, bukan di rumah.

Dan Dira? Dia mungkin belum tahu bahwa keintimannya dengan Bintang sudah mulai menumbuhkan retakan dalam rumah tangga orang lain.

Kategori :