SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Seperti kata pepatah "Level Tertinggi Mencintai adalah mengikhlaskan". Tapi bagaimana jika kehendak tuhan mengambil nyawa 53 orang yang berdedikasi tinggi, ingin mengabdi pada negri dan rasa cinta tanah air ini?
Yang pada suatu hari mereka pergi dan tidak akan Kembali lagi. Pasti sangat sulit melepaskan dan menerima kepergiannya.
Inilah yang terjadi dalam tragedi tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402. Tragedi yang merenggut nyawa 53 orang personil pahlawan maritim kita.
BACA JUGA:Menhan Apresiasi BPN Selesaikan Sertifikat Rumah Pahlawan Nanggala
Bercerita tentang tragedi, Sebelumnya kita membahas tentang sejarah kapal selam Nanggala 402 yang dikenal juga dengan KRI Nanggala II.
Kenapa II ? Karena sebelum Nanggala 402, Indonesia memiliki kapal selam Nanggala I yang dibeli di Uni Soviet dan Nanggala II dibeli di Jerman pada tahun 1977.
Kemudian 402 adalah Nomor lambung atau nomor kode kapal yang sistem penomorannya di sesuaikan dengan satuan tempat kapal itu bernaung.
Sedangkan "Nanggala" adalah nama senjata milik Prabu Baladewa. Dalam kisah pewayangan, Nanggala ini digambarkan dengan Tombak berukuran pendek nan runcing tapi memiliki kekuatan yang sangat besar sehingga mampu membelah gunung dan melelehkan besi.
BACA JUGA:Sore Ini Sertifikat Korban KRI Nanggala 402 Diserahkan
BACA JUGA:Pemerintah Bangunan Perumahan Pahlawan Nanggala 402, Pemkab Gratiskan BPHTB dan IMB
Dalam perjalanannya KRI Nanggala 402 telah banyak berperan di berbagai penugasan penting dalam rangka menjaga perairan Kawasan Indonesia. Beberapa diantaranya adalah
1. Agustus-Oktober 1999 ditugaskan dalam sebuah misi intelijen di Timor Timur
2. Tahun 2000 di Filiphina melacak jaringan penyelundupan senjata dalam konflik Ambon
3. Mei-Juni Tahun 2002 Ikut serta dalam Latihan gabungan Bersama US NAVY
4. Tahun 2003 Latihan Operasi Laut Gabungan (LATOPSLAGAB) di Samudera Hindia