Asa Penyintas APG Semeru, Bersatu Tangguh Bencana di Pelukan Huntap Sumbermujur

Senin 30-09-2024,08:57 WIB
Reporter : Tri Haryoko
Editor : Muhammad Ridho

Menentukan lokasi, mendirikan tenda untuk dapur umum dan mengatur distribusi makanan ke pengungsi, adalah tugas mulia bagian dari penyelamatan dan evakuasi. Bagi timnya, tersedianya kebutuhan pokok, tak hanya makanan, kebutuhan lain termasuk MCK (mandi, cuci, dan kakus) menjadi hal yang vital. "Kami dan tim tak kenal waktu di lokasi bencana mendirikan tenda, memasak dan lainnya untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi pengungsi," urainya.

Yang juga tak kalah vitalnya adalah peran Dinas PU Bina Marga Provinsi Jatim dalam merekonstruksi bangunan maupun fasilitas publik yang hancur akibat erupsi Semeru. Fungsional Madya Teknik Jalan dan Jembatan Dinas PU Bina Marga Jatim Emil Wahyudianto berkisah, hal yang tak kalah penting peran timnya yang dihadirkan Pemprov Jatim. 

Tugasnya, membangun jembatan yang putus agar bisa menormalisasi jalur penghubung antardesa. Upaya keras dan cepat itu terlihat jelas saat pemprov Jatim berhasil membangun kembali Jembatan Mujur II di Desa Kloposawit, Kecamatan Candipuro yang sempat putus diterjang lahar dingin erupsi Semeru.


Jembatan Mujur II di Desa Kloposawit, Kecamatan Candipuro kini telah kembali berdiri kokoh usai diresmikan Pj Gubernur Jatim Adhy Karyono.-Tri Haryoko-

"Jenis dan karakter jembatannya adalah jembatan BEL, menggantikan jembatan lama yang hanyut dengan kuat dan derasnya erupsi Semeru, saat peristiwa bencana. Jembatan pengganti ini dibangun lebih kurang memakan waktu dua bulan," cetus Emil.

BACA JUGA:Semeru Erupsi Lagi, Kapolres Lumajang Tinjau Lokasi Bencana

Yang juga tak kalah penting upaya pentahelix harus dilakukan secara bersama-sama untuk pemulihan pascabencana adalah yang terus dilakukan oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip (Disperpusip) Jatim. Langkah Disperpusip Jatim tak bisa dipandang sebelah mata. Tak hanya berkutat pada pengumpulan data/arsip kebencanaan, namun dinas ini juga berperan penting bagi para penyintas untuk menghapus trauma mendalam usai bencana.

Dikatakan oleh Pustakawan Ahli Muda dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jatim Wempi Roberto Goa, pada dinas tempatnya bekerja, sesuai tupoksi memang mencatat dan membukukan semua rangkaian peristiwa Erupsi Gunung Semeru. Itu, menjadi dokumentasi yang sangat penting, tak hanya untuk Pemprov Jatim, melainkan juga berguna untuk semua pihak. 

"Fungsi pencatatan dan pengarsipan menjadi bagian kami (Dinas Perpustakaan), termasuk rangkaian musibah, pasca dan penanganan bencana erupsi Gunung Semeru," urai Wempi, yang menyebut juga turut menyediakan sarana prasana lain, penunjang kebutuhan pengungsi, termasuk untuk kebutuhan trauma healing.

Intinya, kerja sama pentahelix antarlembaga di Pemprov Jatim sangat diperlukan guna mempercepat pemulihan pascabencana yang diharapkan akan berdampak baik pada masa depan para penyintasnya. Asa hidup baru dan harapan baru dengan lokasi hunian baru ditopang fasilitas lengkap diharap akan menghilangkan trauma berkepanjangan bagi warga terdampak, serta tentunya menyambut hidup baru yang penuh kebahagiaan bersama keluarga tersisa.

BACA JUGA:Warga Terdampak Gempa di Lumajang Terima Bantuan Huntap

Asa Lapangan Kerja Baru

Sementara sejumlah kepala keluarga yang sempat ditemui mengaku sebenarnya senang tinggal di rumah yang bersih dengan fasilitas lengkap dan relatif jauh dari ancaman bencana besar erupsi Semeru. Sejumlah warga Huntap sebenarnya sebagian besar juga telah mempunyai pemikiran bagaimana ada lapangan kerja baru seputaran Huntap Sumbermujur itu. 

Seperti yang diutarakan salah seorang kepala keluarga bernama Syamsul, yang sebelum ini bekerja di tambang pasir di Pronojiwo, iapun merasa kalau selama ini juga lumayan berat kalau harus kembali bekerja di tambang pasir di sekitar tempat tinggal lama. “Namun gimana lagi itu satu-satunya mata pencaharian yang bisa kami lakukan dalam waktu dekat. Kami harus makan dan menghidupi keluarga,” keluhnya.

Untuk bekerja balik ke tambang pasir memang menempuh waktu sekitar 15 menitan, akan tetapi kalau setiap hari itu harus dilakukan tentu juga akan memakan biaya, waktu serta tenaga. “Kalau bisa buka usaha di sekitar sini kan enak, tidak jauh. Tapi, kita belum menemukan lahan itu,” harapnya.

Syamsul menceritakan, sebelum bencana melanda dan lautan pasir menimbun desanya, dia dan keluarga tinggal di Dusun Supit Urang, Curah Kobokan. Kini ia jadi penghuni Blok C 6 No 12. Sedangkan warga yang lain, Agus Rochman warga Sumber Wuluh, kini menempati rumah Huntap di Blok C 17 No 15. Menjelang Idul Fitri 2022, mereka resmi menempati rumah berukuran 10 meter x 15 meter itu.

Kategori :