SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Indonesia menempati posisi kedua dunia dengan estimasi kasus TBC tertinggi setelah India, dengan Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur menjadi tiga provinsi dengan jumlah kasus terbanyak.
Hal itu disampaikan dr. Nancy D. Anggraeni, M.Epid. Asisten Deputi Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI saat menjadi pembicara utama dalam Wawasan Series “Merdeka dari TBC” yang digelar Suara Surabaya Media. Kampanye melalui gelaran Focus Group Discussion (FGD) ini berlangsung di Whiz Luxe Hotel Spazio Surabaya, Kamis 29 Agustus 2024.
Kehadiran dr. Nancy tersebut mewakili Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI.
BACA JUGA:Inilah Harapan Sekda Lumajang, Nakes Proaktif Edukasi tentang TBC
Pihaknya menyampaikan kondisi TBC di Indonesia 1.06 juta estimasi kasus TBC tertinggi kedua di dunia setelah India.
"7 provinsi dengan jumlah dengan TBC terbanyak, diantaranya Jabar 68,090 urutan pertama, kemudian disusul Jateng 33,253 dan Jawa Timur 32,307," jelasnya.
Sebagian besar penderita TBC berada pada usia produktif, yang berdampak signifikan pada produktivitas dan perekonomian negara.
BACA JUGA:Yabhysa dan Dinkes Ungkap Tingginya Angka Pasien Positif Terpapar TBC di Jember
"Kataristik orang dengan TBC paling banyak usia produktif sebesar 75,6 persen, " ujarnya.
Menurutnya tingkat kematian TBC tinggi. Dalam hal ini setiap jam, terdapat sekitar 15 orang meninggal dunia akibat TBC di Indonesia.
"45 jiwa kematian akibat TBC per100. 000 penduduk atau terjadi 15 kematian akibat TBC setiap jam, " jelasnya.
BACA JUGA:Puskesmas Campurdarat Screening TBC, Ratusan Masyarakat Antusias Mengikuti
Lebih lanjut pihaknya memaparkan bahwa tren kasus TBC pada anak cenderung meningkat, yang menjadi perhatian serius karena dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
"TBC menyerang semua usia, terbanyak usia produktif. Tren TBC anak cenderung meningkat, " cakapnya.
Untuk mengatasi masalah TBC, dr.Nancy menjelaskan diperlukan kolaborasi lintas sektor, peningkatan peran serta masyarakat, dan inovasi dalam strategi penanggulangan.