MEMORANDUM- Buk Renteng, salah satu cagar budaya ikonik yang dimiliki Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Keberadaan bangunan kuno itu menjadi jejak penanda zaman kolonial di wilayah berjuluk Sleman Sembada ini.
Kendati dibangun di masa kelam, saat era tanam paksa dilakukan pemerintah Hindia Belanda, Buk Renteng telah mengiringi perkembangan Kabupaten Sleman dari masa ke masa, terutama dengan keberadaan selokan air Van der Wijk.
BACA JUGA:Jaksa Agung Rotasi 15 Kajati, Ini Daftarnya
Selokan ini telah menghidupkan pertanian di Sleman, terutama perannya dalam mengairi 20.000 hektare sawah dan lahan tebu. Van der Wijk, nama seorang Gubernur Hindia Belanda bernama Carel Herman Aart Van der Wijk, yang memerintah tahun 1893-1899.
Irigasi yang dibangun saat era tanam paksa Belanda ini, telah menghidupkan wilayah pinggir sungai, mengairi ladang pertanian warga. Di masa kini, keberadaan sebuah jembatan yang berada di atas saluran irigasi ini, telah menjadi landmark ikonik bagi masyarakat sekitar, terutama bagi warga yang pernah melintas di perbatasan Kecamatan Minggir dan Kecamatan Tempel.
Bangunan yang berada di Dusun Tangisan, Banyurejo, Tempel, Sleman itu dikenal dengan nama Buk Renteng, yang dalam bahasa Jawa, "buk" berarti jembatan dan "renteng" artinya rangkaian.
Selokan Van der Wijk yang menghubungkan Sleman dan Magelang, Jawa Tengah, awalnya merupakan saluran irigasi yang memanfaatkan aliran Sungai Progo. Dibangun pada tahun 1909 oleh pemerintah Hindia Belanda, saluran ini dibangun Belanda untuk mendukung program penanaman tebu di abad ke-19, dan mengairi perkebunan tebu di wilayah Kabupaten Bantul.
BACA JUGA:Profil Firdaus Dewilmar, Kandidat Kuat Calon Jaksa Agung
"Buk Renteng ditempatkan sebagai penanda masa Sleman yang berkembang dari sebuah kawasan agraris yang bertumbuh sebagai penopang industri gula di Yogyakarta," ujar Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo.
Kustini mengatakan, selokan Van der Wijk atau yang akrab dikenal sebagai Buk Renteng ini merupakan salah satu destinasi unik yang perlu dipromosikan lebih lanjut.
"Untuk lebih mengenalkan potensi destinasi wisata heritage ini, kami telah menyelenggarakan acara tahunan wisata dan budaya, yakni Festival Van der Wijk yang bertujuan mengaktualisasikan kebudayaan Buk Renteng dengan kolaborasi wisata kreatif, seni, budaya, kuliner dan UMKM," ungkap Kustini.
BACA JUGA:Aksi Polwan Polres Lumajang Sigap Bantu Dorong Kursi Roda Jemaah Haji Lansia
Dalam upaya promosi dan pelestarian cagar budaya ini, Kabupaten Sleman bekerjasama dengan PT Pos Indonesia dan Kementrian Komunikasi dan Informatika Rep. Indonesia, mencoba memvisualisasikan Buk Renteng sebagai salah satu seri terbaru prangko Indonesia. Peluncuran prangko Buk Renteng terbit pada tanggal 15 Mei 2024 dan resepsi peluncura Prangko seri Penanda Kota : Buk Renteng i terlaksana pada 16 Mei 2024, yang digelar dalam rangka Hari Jadi Kabupaten Sleman Ke-108.
Kustini mengatakan, prangko menjadi media yang tepat dalam mendokumentasikan setiap informasi penting, yang tak akan lekang oleh zaman. Dengan adanya buku prangko seri Penanda Kota "Buk Renteng", memberikan perspektif baru tentang pentingnya menciptakan jejak dokumentasi yang tak lekang san dikenang.