Dampak Impor Raw Sugar, 2.500 Ton Gula Petani Tebu Situbondo Belum Terjual
Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) PG Panji dan ABII saat melakukan pengecekan tumpukan stok gula di gudang PG Panji akibat tidak laku lelang.--
"Para petani tebu juga menunggu realisasi bantuan Rp1,5 triliun yang digadang-gadang akan diberikan melalui Danantara," ujarnya.
Wakil Ketua APTR PG Panji, Gravika Tarunasari menambahkan, pihaknya sejak awal berkomitmen mendukung program Swasembada Gula Nasional. Namun, fakta di lapangan membuat para petani tebu kecewa.
BACA JUGA:Lima Fraksi DPRD Situbondo Setujui APBD Perubahan 2025
“Tebu itu panennya setahun sekali. Seharusnya sekarang kami menikmati hasil panen, tapi malah harus mengemis-ngemis menjual gula, akibar kebijakan pemerintah impor raw sugar," katanya.
Menurutnya, sekitar enam pekan terakhir tidak ada pembayaran untuk gula yang dikirim, bahkan di periode kelima, 2.500 ton gula PG Panji tidak laku sama sekali.
“Kalau swasembada gula katanya sudah berhasil, mengapa justru gula kita tidak terserap. Konon saat ini, gula rafinasi dioplos dengan gula lokal lalu dijual sebagai gula premium,” tegasnya.
BACA JUGA:Tabrakan Adu Banteng Bus vs Motor, Dua Orang Meninggal di Jalur Pantura Situbondo
Sementara itu, Ketua Asosiasi Serikat Buruh Independen Indonesia (ASBII) Kabupaten Situbondo, Fitroh Hariyadi mengatakan, karena dampak sosial tidak ada penjualan gula sangat dirasakan oleh para petani tebu.
"Kami siap bersinergi untuk mendukung permintaan APTR, untuk melakukan sidak ke pasar-pasar untuk memastikan keberadaan gula ilegal," kata Fitroh.
Sumber:



