161 Tahun Masjid Al Badri, Taman Syiar Islam

161 Tahun Masjid Al Badri, Taman Syiar Islam

Masjid Al Badri dan Gus Ahmad Fairuz Badi.--

Kemimpinan KH Randen Mas Ali  terjadi antara tahun 1902 sampai tahun 1942. Pondok Pesantren Tawangsari mengalami kemajuan pesat dan menjadi masa keemasan pondok. “Upaya yang dilakukan untuk mendidik santrinya dengan dedikasi yang tinggi dan ulet sehingga menghantarkan santri-santrinya ke jenjang kemampuan yang yang maksimal dalam mental spiritualnya,” sebutnya.

Pondok Pesantren Tawangsari memiliki pamor kemilau, yang diantaranya ditandai dengan lahirnya beberapa ulama alim dan kharismatik yang pernah menjadi santri Pondok Tawangsari pada masa ta’lim-nya. Di antara, KH Abdul Wahab Hasbullah (Tambak Beras, Jombang, Jawa Timur). Beliau adalah salah seorang ulama yang punya andil besar dalam kelahiran Jam‟iyah Nahdlatul Ulama sekaligus tokoh kemerdekaan Negara Indonesia. 

Kyai As’ad (Dung Cangcang, Pamekasan, Madura; Kyai Abdul Hamid (Dung Cangcang, Pamekasan, Madura; Kyai Sufyan Bukhori (Tirto Mungkin, Mantilan, Magelang, Jawa Tengah; Kyai Ahyat Halimy (Miji, Mojokerto; Kyai Nur Mangunan, Taman, Sidoarjo.

Seiring perkembangan jaman, kini disekitar masjid berdiri sejumlah lembaga pendidikan yang juga menjadi pusat pendidikan Islam di wilayah Tawangsari. Terdapat jenjang pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK), Mandrasah Ibtidaiyah (MI) dan  Madrasah Tsanawiyah (MtS). Sekitar lingkungan sekolah dan masjid juga menjadi pusat perekonomian masyarakat.  

Gus Fairuz menyampaikan, banyak perkembangan. Di sekitar masjid berdiri sarana pendidikan. Demikian juga dengan bangunan masjid banyak mengalami perkembangan. Karena untuk memenuhi kebutuhan syiar Islam sesuai perkembangan jaman. “Selain sebagai tempat ibadah, masjid juga sebagai sarana mengaji atau kegiatan syiar Islam,” sebut Gus Fairuz. 

Kini sebagai generasi penerus, Gus Fairuz tetap bertekad menjaga perjuangan pendiri Masjid Al Badri dan terus mengembangkan perjuangan Islam. “Pasti berjuang meneruskan ajaran Islam dalam bentuk pengajian atau kegiatan rutin lainnya,” sebut dia.

Diantaranya menggelar houl Abah Yai Ahmad Fatoni (orang tua Gus Fairuz) yang juga dikhususkan pada pendahulu babat Masjid Al Badri. KH Raden Mas Abdul Wahab merupakan buyut Gus Fairuz. “Saya turunan ke 4 dari KH Raden Mas Abdul Wahab,” tegas Gus Fairuz.

Untuk memakmurkan masjid, Gus Fairuz menyampaikan tantangan saat ini semakin kompleks. “Tidak hanya sekedar syiar. Tetapi juga memberikan uswah (contoh suritauladan) baik di dalam rumah maupu ke umat,” tegas Gus Fairuz.

Gus Fairiz dengan 6 bersaudara menjadi keluarga terdekat di wilayah Tawangsari, terus melakukan syiar Islam sesuai tuntunan jaman. “Kayaknya kita berada di zona itu, sesuai doa-doa para pendahulu,” tutup putra KH Ahmad Fathoni. (day)

Sumber: