Inovasi Kopi Pahit ala Sidoarjo

Inovasi Kopi Pahit ala Sidoarjo

Rombongan Kemenpan RB di Pemkab Sidoarjo--

“Tentunya saya berharap rencana aksi itu sudah ada sehingga kapan target replikasi itu nanti bisa terpenuhi, karena informasi yang sudah kita dapatkan bahwa di akhir tahun atau awal tahun yang lalu inovasi ini sudah dterapkan di seluruh Puskesmas Sidoarjo, syukur-syukur di akhir tahun nanti inovasi Kopi Pahit sudah maksimal diterapkan seluruh Puskesmas, setelah semua tereplikasi maka bisa kembangkan ke daerah-daerah lain,” urainya. 

Ajib Rakhmawanto menyebutkan beberapa kriteria inovasi pelayanan publik yang harus dipahami sebelum menciptakan inovasi itu sendiri. Salahsatunya adalah memiliki suatu hal yang baru atau keunikan suatu gagasan. Menurutnya kriteria itu ada pada inovasi Kopi Pahit dari Kabupaten Sidoarjo. Dikatakannya inovasi Kopi Pahit menjadi terobosan baru terkait pelayanan stunting lewat aplikasi sederhana yang bisa diakses oleh masyarakat luas. 

"Harus ada novelty-nya (unsur kebaruan) dan dengan Inovasi Kopi Pahit yang dilakukan oleh Puskesmas Porong ini terobosan baru terkait dengan pelayanan stunting dimana di situ menyediakan semacam aplikasi yang sederhana yang bisa diakses oleh masyarakat di Kecamatan Porong dan itu digunakan untuk mempermudah informasi sehingga tindakan-tindakan strategis cepat itu bisa dilakukan," ujarnya. 

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo Dr. Fenny Apridawati menyampaikan replikasi Kopi Pahit akan dilakukan untuk menuju Sidoarjo zero stunting.

Seluruh Puskesmas yang ada wajib menerapkan inovasi tersebut. Terutama bagi Puskesmas yang angka stuntingnya masih tinggi. Ia yakin aplikasi Kopi Pahit mampu menurunkan angka stunting. Hal itu sudah dibuktikan oleh Puskesmas Porong yang pertama kali menggunakannya. 

"Entry data Kopi Pahit dari 30 Puskesmas terus berproses sesuai dengan target yang ditentukan, kemudian untuk meningkatkan kualitas data dan langkah pencegahan stunting seefektif mungkin harus dilakukan beberapa inovasi kedepannya semisal dengan memasukkan data ibu hamil agar mencegah BBLR dan stunting," ujarnya. 

Fenny mengatakan Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo akan selalu menguatkan kolaborasi pentahelix dalam penanganan masalah kesehatan.

Menurutnya hal itu penting dilakukan untuk mempercepat penurunan stunting di Kabupaten Sidoarjo. Ia menyebutkan keberhasilan Kopi Pahit dalam menurunkan angka stunting berdasarkan data di Kabupaten Sidoarjo. Penurunan stunting dari angka 28% di tahun 2020,  bisa turun secara signifikan menjadi 10,8% ditahun 2021. Kemudian di tahun 2022 tinggal 3,61%. 

"Dalam inovasi Kopi Pahit di Puskesmas Porong ini menyasar kepada dua hal, jadi ada digitalisasi dan administrasi dalam layanan stunting dan dari efek itu stunting bisa segera teratasi  atau cepat bisa diatasi karena informasinya lebih cepat," ungkapnya.(top/jok)

Sumber: