Waspada Penyakit Leptospirosis Musim Penghujan, Pakar: Tidak Dapat Diremehkan, Bisa Menyebabkan Kematian

Waspada Penyakit Leptospirosis Musim Penghujan, Pakar: Tidak Dapat Diremehkan, Bisa Menyebabkan Kematian

Ahli Biostatistika dan Epidemiologik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM Unair) Dr Windhu Purnomo dr MS. -Arif Alfiansyah-

SURABAYA, MEMORANDUM - Puncak musim penghujan berlangsung sepanjang Januari hingga akhir Februari. Hal tersebut menyebabkan intensitas hujan semakin tinggi dan menyebabkan bencana banjir maupun genangan air di beberapa wilayah Surabaya. 

BACA JUGA:Leptospirosis Makan Korban, Dinkes Tulungagung Minta Warga Jaga Kebersihan

Bencana banjir tak hanya merugikan secara materi, namun juga menjadi salah satu ancaman penyakit bagi manusia salah satunya yakni penyakit leptospirosis. Ahli Biostatistika dan Epidemiologik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM Unair) Dr Windhu Purnomo dr MS, turut menanggapi persoalan tersebut. 

Dr Windhu menjelaskan penyakit leptospirosis termasuk dalam penyakit zoonosis. Penyakit zoonosis merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya. Agen dari penyakit leptospirosis yakni bakteri Leptospira

BACA JUGA:Waspadai Penyakit Leptospirosis Pasca Banjir

“Bakteri Leptospira ini berbentuk lancip dan umumnya mereka tinggal di ginjal tikus. Hal ini sangat riskan jika tikus pipis di genangan air saat banjir. Hal ini dapat menyebabkan penularan bakteri leptospira dari hewan ke manusia,” kata Windhu, Rabu, 21 Februari 2024. 

Dr Windhu menerangkan, bakteri leptospira sangat mudah untuk masuk dalam tubuh manusia terutama saat musim penghujan atau bencana banjir. Contohnya, kaki yang terkena genangan air saat hujan. 

“Hal yang biasanya yang dianggap remeh justru berpotensi untuk kita dapat tertular leptospirosis. Salah satunya, tidak memakai alas kaki jika terjadi banjir atau melewati genangan. Ditambah, jika ada luka akan mempercepat masuknya bakteri Leptospira didalam tubuh manusia,” imbuh Windhu.

Ahli Biostatistika dan Epidemiologi itu mengimbau, saar ada genangan air atau banjir sangat dianjurkan untuk memakai alas kaki yang tepat. Yakni, sepatu boots atau plastik penutup kaki. Baginya, dengan langkah sederhana tersebut dapat mencegah manusia untuk dapat terinfeksi leptospirosis. 

Penyakit leptospirosis banyak dipandang sebelah mata karena dampak yang disebabkan penyakit tersebut tidaklah berat. Nyatanya, penyakit leptospirosis dapat menyebabkan kematian manusia jika tidak tertangani dengan baik. Salah satu yang dapat dilakukan yakni dengan deteksi dini. 

Salah satu gejala yang kerap kali dialami oleh orang yang mengidap penyakit leptospirosis yakni demam yang tinggi, tubuh yang menggigil, mata yang kekuningan dan rasa nyeri-nyeri pada beberapa bagian tubuh. Jika mengalami gejala tersebut harus segera melakukan pemeriksaan lebih dalam. 

“Sebenarnya orang yang terjangkit leptospirosis ini tidak memiliki kekhasan untuk gejala awalnya. Justru gejala yang timbul kerap kali memiliki kemiripan dengan penyakit lainnya. Maka demikian, jika sudah dirasa mengalami gejala tersebut sebaiknya langsung melakukan pemeriksaan oleh tenaga profesional,” ujarnya. 

Ia menambahkan, karena tidak memiliki gejala yang signifikan dan cenderung memiliki kesamaan dengan penyakit lainnya. Orang yang terindikasi harus melakukan skrining tes untuk memastikan bakteri leptospira terdapat dalam tubuh atau tidak. 

“Salah satu tesnya yakni tes serologi dan polymerase chain reaction test atau tes PCR. Konsep PCR ini sama halnya dengan tes Covid-19. Tidak dapat sembarangan diagnosa untuk penyakit leptospirosis ini, membutuhkan tes yang akurat untuk mendiagnosa orang dengan leptospirosis,” tegasnya. 

Sumber: