Ketika Suami Tergoda Purel Rumah Hiburan Malam Karaoke (2)

Ketika Suami Tergoda Purel Rumah Hiburan Malam Karaoke (2)

Dipergoki Anak Turun dari Mobil Bersama Perempuan di Batas Kota Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya Rencana nikah siri yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi di Batu berjalan lancar. Toni menyediakan rumah di sebuah kompleks perumahan perbatasan Gresik-Surabaya. “Bener Mas Jos, punya istri dua sangat menyegarkan. Bosan yang satu, datangi yang lain. Bosan yang lain, datangi yang pertama. Nggak ada gak enaknya deh. Hidup terasa sempurna,” kata Toni, sebulan setelah nikah sirinya vs Nenen. Dia sengaja nyambangi Memorandum di Malang di sela honeymoon vs Nenen di Batu. Memorandum sangat heran terhadap gaya hidup Toni. Serba wah. Tidak sesuai dibanding gaji dia sebagai wartawan. Sebesar apa pun medianya. Entahlah, tapi bisa saja dia memiliki bisnis di luar profesinya sebagai awak media. Beberapa tahun kemudian tidak ada kabar apa pun soal Toni. Memorandum yang menghubungi HP-nya tidak terespons dengan baik. Kadang tidak aktif. Kadang terdengar nada sambung tapi tidak diangkat. Kadang dialihkan tapi dibiarkan begitu saja. Kabar dari teman-teman simpang siur. Ada yang mengatakan dia pulang kampung ke luar Jawa dan meneruskan bisnis ayahnya. Tapi, kabar ini kurang valid karena tak mungkin Toni meneruskan bisnis ayah, wong ayahnya bukan wiraswastawan. Dia hanya pegawai kantor pemerintahan. Ini pernah diceritakan Toni sendiri. Kabar lain menyebutkan Toni sudah cerai dari istrinya, Titin. Titin masih tinggal di rumah lama bersama kedua anaknya. Sedangkan Toni, menghilang entah ke mana bersama Neneng. Rumah yang ditinggali bersama Nenen dibiarkan mangrak tidak terurus. Memorandum yang dipindah kembali dari Malang ke Surabaya sempat mencoba menelusuri keberadaan Toni. Pertama, tentu mendatangi rumahnya saat dia tinggal bersama Titin di kawasan pinggiran Sidoarjo, berbatasan dengan Surabaya. Titin sedang menyirami kebun toga di halaman samping rumah saat Memorandum ke sana. Dia sangat terkejut dan sempat berusaha bersikap wajar.  Tapi, usaha itu tampaknya sia-sia. Tangisnya pecah ketika Memorandum sudah masuk ke ruang tamu. “Bang Toni, Mas Jos. Dia mengkhianati kami,” kata Titin lirih. Kami bertiga, Memorandum, Toni, dan Titin memang sudah akrab. Kami seperti saudara. Keluarga kami sering saling berkunjung. Sambil menahan tangis, Titin mengatakan sebenarnya sudah lama curiga sang suami tidak beres. Dia sering menemukan barang-barang aneh di saku baju atau celana Toni. Belakangan Titin baru tahu itu adalah narkoba. Sabu-sabu dan ekstasi. “Temperamennya berubah. Dia menjadi gampang marah. Ada persoalan kecil saja, emosinya bisa meluap-luap,” kata Titin. Yang paling mencurigakan, Toni sering pamit tugas liputan lar kota, luar pulau, bahkan luar negeri. Berhari-hari, malah kadang berminggu-minggu, tidak pulang. “Putra sulung kami yang tahu persis,” tutur Titin, yang menjelaskan anaknya itu kini sudah duduk di bangku kelas tiga SMA. Kata Titin, suatu hari anaknya yang berangkat sekolah melihat mobil ayahnya keluar dari sebuah kompleks pertokoan dan perkantoran. Di situ juga ada rumah pijat dan rumah hiburan. Dia lantas membuntuti mobil tersebut. Ternyata mobil tadi menuju luar kota. Lewat Karangpilang terus ke barat. Tidak sampai jauh, mobil belok ke kawasan Driyorejo. “Mobil berhenti di depan sebuah rumah kecil,” kata Titin, yang menambahkan bahwa Toni turun diikuti seorang perempuan cantik. (bersambung)

Sumber: