Padi Sukanandi, Tanaman Para Petinggi Singhasari
Kepala DTPHP Kab Malang turun langsung ke sawah menyemangati petani.--
BACA JUGA:Luas Tanam Padi Ditarget Tambah 11,949 H
Avicenna menambahkan, saat ini pihaknya juga melakukan pendampingan pada Poktan Sumber Makmur yaitu Kemin di desa Sumber Ngepoh kecamatan Lawang.
Di sana yang bersangkutan juga menanam padi, lama dengan jenis Genja Rawis dan Gondel Wesi dengan cara tanam menggunakan cara Jawa (lama) dan sistem organik.
Sementara itu berdasarkan penuturan Supandri, saat ditanya langsung oleh Memorandum. Mengungkapkan bahwa dirinya sudah sejak tahun 80 an, hingga sekarang menanam padi Sukanandi.
Awalnya mendapatkan bibitnya diperoleh dari wilayah Sumber Awan Singosari, dimana saat itu yang menanam hanya satu orang atas nama Mujari.
"Di wilayah Singosari hanya satu orang yang menanam padi itu, saat itu saya minta pada beliau hasil dari buah pohon padi," ungkapnya.
Saat itu dirinya bekerja sebagai pemasok kayu, untuk para pengrajin bangkiak (terompah) di wilayah Singosari. Saat istirahat di tepi tanaman padi, kebetulan ketemu pemiliknya dan mendapatkan cerita bahwa tanaman padi miliknya itu merupakan, tanaman padi peninggalan kerajaan Singhasari. Hasil padinya konon yang dikonsumsi oleh para raja dan petinggi pada kerajaan tersebut.
Berawal dari cerita itu langsung Supandri tertarik untuk menanam, padi tersebut yang diberi nama padi Sukanandi oleh para petinggi Singhasari saat itu.
Dari dua tangke bulir padi tersebut dipakai untuk bibit, kemudian terus dikembangkan hingga menjadi banyak dan bisa memenuhi lahan sawah miliknya.
"Sebetulnya kalau untuk hasil panen padi Sukanandi, cukup bagus bisa 8 ton untuk setiap hektarnya," papar Supandri.
Karena hal itu sudah pernah dilakukan saat lahan sawah miliknya masih utuh, saat ini hanya sekitar 200 sampai 300 meter persegi itu saja yang ditanami. Karena lahan sawah miliknya sebagian sudah dibagikan (diwariskan) pada anak- anaknya. Mereka tidak mau menanam padi tersebut, lahan yang diberikan ditanami jeruk oleh anaknya.
Sedangkan terkait harga berasnya cukup mahal, dirinya kalau menjual dengan harga Rp 27.000/ kg. Namun lebih banyak untuk hasil panen padi Sukanandi miliknya, dikonsumsi sendiri bersama keluarganya.
Terpisah, Chriesna, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) DTPHP kabupaten Malang menjelaskan, saat ini pihaknya terus melakukan pendampingan terhadap pak Supandri. Bahkan saat ini pihaknya berupaya untuk, memperpendek masa tanam padi Sukanandi dengan mencarika formula.
"Saat ini DTPHP sudah bekerjasama dengan Perumda milik kota Malang, yang memiliki formula untuk memperpendek masa tanam," ungkap Chriesna.
Jika hal ini berhasil, tambah Chriesna, pihaknya akan meminta pada petani lainnya untuk juga ikut menanam padi tersebut. Sedangkan untuk saat ini wilayah Bocek, para petani masih enggan untuk menanam padi tersebut. Karena terkendala umur atau masa tanam yang cukup lama.
Sumber: