110 Keluarga di Asemrowo Terima Manfaat Program Jambanisasi Gratis
Pengerjaan jamban gratis di wilayah Asemrowo.-Alfin-
SURABAYA, MEMORANDUM - Perilaku buang air besar (BAB) sembarangan di Kota Surabaya perhalan mulai teratasi. Melalui program jambanisasi ini demi mencapai target Surabaya bebas BABS dan menerapkan perilaku hidup sehat di masyarakat.
Seperti halnya pelaksanaan program jamban sehat di wilayah Asemrowo. Setidaknya sudah ada 110 warga yang telah merasakan dampak positif dari program jambanisasi ini. Program ini gratis, warga tidak dipungut biaya sepeser pun.
"Ada 110 warga yang masuk data penerima manfaat program jamban di 3 RW di Asemrowo. Yakni RW 03, RW 07 dan RW 08 yang semuanya rata rata tinggal dibantaran sungai," kata Moch Widodo Ketua LPMK Asemrowo, Rabu 18 Oktober 2023.
Kendati demikian problem sebelumnya warga BAB sembarangan meski sudah memiliki Water Closet (WC) atau toilet, namun saluran pembuangan kotoran tersebut langsung menuju ke sungai.
BACA JUGA:Pangdam V/Brawijaya Luncurkan Renovasi Rutilahu dan Jambanisasi
"Bicara warga yang masih BABS di sungai tentu salah satu penyebab pencemaran lingkungan. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat masih menganggap perilaku hidup bersih dan sehat merupakan urusan pribadi yang tidak terlalu penting. Masih ada masyarakat yang tidak memiliki jamban di rumah atau buang air besar sembarangan," kata Widodo.
Oleh karena itu pihaknya terus melakukan edukasi atau penyuluhan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) kepada masyarakat. Sebab dampak negatifnya jika masih BABS di Sungai dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan teracuninya biota atau makhluk hidup yang berekosistem di daerah tersebut.
"Rata rata yang BABS itu warga di bantaran sungai. Jika persoalan ini tak kunjung diatasi tentu sangat membahayakan bagi lingkungan sekitar. Kebiasaan buang air besar sembarangan berakibat terkontaminasinya sumber air minum serta terjadinya pencemaran ulang pada sumber air dan makanan yang disantap di rumah secara langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan ini tentu berisiko menimbulkan masalah kesehatan," paparnya.
Masyarakat belum sepenuhnya mengetahui bahwa buruknya perilaku terkait sanitasi oleh salah satu anggota masyarakat, juga akan mempengaruhi kualitas kesehatan masyarakat lainnya.
BACA JUGA:Jambanisasi Mewujudkan Lingkungan Sehat
"Perilaku warga melakukan BABS dapat dipicu karena beberapa hal, seperti anggapan membangun jamban mahal, lebih nyaman di sungai atau tempat bebas lainnya. Serta anggapan masyarakat bahwa kebiasaan tersebut sudah dilakukan sejak dahulu dari mulai masa kanak-kanak hingga sekarang tetapi tidak pernah mengalami masalah kesehatan apapun," kata Widodo.
Sehingga dengan penyediaan sanitasi (jamban sehat) di masyarakat dapat mencegah perilaku masyarakat yang stop buang air besar sembarangan atau ODF (Open Defecation Free).
"Proyek pembangunan jamban itu direalisasikan supaya warga tidak buang air besar sembarangan (BABS) di sungai. Kalau di RW 8 terdapat jamban komunal. Dimana sanitasi limbah BAB dari 10 rumah dijadikan satu atau dipusatkan ke satu sepiteng," imbuh Widodo.
Diketahui jamban komunal merupakan suatu bentuk bangunan jamban yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan BAB dalam satu tempat (septic tank) bersama. Namun wc atau closet berada di rumah masing masing warga.
Sumber: