Sejuta Kisah Rumah Tangga: Jangan Tinggalkan Restu Orang Tua, Rin (1)

Sejuta Kisah Rumah Tangga: Jangan Tinggalkan Restu Orang Tua, Rin (1)

Ilustrasi Sejuta Kisah Rumah Tangga--

 

Mengaku Hamil agar Segera Dinikahkan

 

Rina (bukan nama sebenarnya) lumayan lama berpacaran dengan Budi (samaran). Lebih dari lima tahun sejak kelas dua SMP. Ketika dia lulus SMA dan kerja, Budi masih duduk di bangku kuliah.

 

Tercatat sebagai pegawai admin perusahaan swasta, Rina merajuk kepada orang tuanya agar segera dinikahkan dengan Budi. Tapi orang tuanya tidak setuju. Mereka menyarankan Rina menunggu Budi lulus kuliah dan bekerja lebih dulu.

 

“Zaman sekarang beda dengan zaman dulu. Sekarang, kalau rumah tangga tidak mapan, akan terasa berat,” kata Rina mengulang saran ibunya.

 

Suami yang belum kerja dan istri yang hanya pegawai admin, akan sulit memenuhi kebutuhan keluarga. Apalagi bila sudah lahir anak-anak nanti. “Tunggu sampai Budi kerja dulu,” begitu nasihat ibunya.

 

Rina terus ngotot. Hampir tidak ada hari tanpa tekanan demi tekanan. Walau begitu mereka tak juga menyerahkan restunya. Sampai beberapa bulan berlalu. “Saya akhirnya mengaku hamil,” kata Rina.

 

Mendengar demikian, orang tua Rina terpaksa mengalah, menikahkan Rina dengan Budi. Resepsi pernikahan dilangsungkan cukup meriah. Tamu yang diundang cukup banyak.

 

“Sebenarnya saya tidak hamil,” aku Rina yang bertemu Memorandum di kantor pengacara dekat gedung Pengadilan Agama Serabaya, beberapa waktu lalu. Setelah itu pasangan ini menaiki biduk rumah tangga bersama.

 

Ternyata sampai tiga tahun ke depan Budi belum juga lulus. Kuliahnya bahkan mangkrak di tengah jalan. Budi ternyata bukan lelaki tangguh yang mau berjuang untuk keluarga.

 

Dia tidak berusaha menyelesaikan pendidikannya. Juga berjuang keras mencari kerja. Budi menggantungkan hidupnya kepada Rina dan pemberian orang tua. Walau begitu, rumah tanga mereka bertahan dengan sedikit pemasukan.

 

Suatu saat Rina mendapat tawaran dari temannya: menjadi TKW (tenaga kerja wanita) di Swedia. Perempuan ini spontan meng-iya-kannya. Berbekal uang saku dari orang tua, berangkatlah Rina ke Swedia.

 

Sejak itu kebutuhan keluarga mulai tercukupi, bahkan sedikit lebih. Rina yang bekerja sebagai perawat kebun bunga mampu menjadikan keluarga kecilnya bernapas lega.

 

Budi bahkan sudah bisa nabung dan membeli motor, walau bekas dan mengangsur. Terutama untuk mengantar-jemput anak mereka yang dititipkan ke orang tua Rina.

 

Tiap pagi Budi mengantar anaknya ke TK, siangnya menjemput dan menitipkan  ke mertua, dan sorenya menjemputnya untuk diajaknya pulang. Begitulah rutinitas yang harus dijalani pria asal Ponorogo ini.

Sumber: