Covid Masih Ada, Pakar Biostatistika Epidemiologi Ajak Warga Jaga Pola Hidup Sehat

Covid Masih Ada, Pakar Biostatistika Epidemiologi Ajak Warga Jaga Pola Hidup Sehat

Pakar Biostatistika Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Dr Windhu Purnomo.--

Surabaya, Memorandum - Pakar Biostatistika Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Dr Windhu Purnomo mengajak masyarakat untuk terus menerapkan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari hari.

"Jangan lengah, karena Covid masih ada dan juga penyakit lainnya bisa dicegah dengan pola hidup sehat, seperti gemar olahraga, memakan makanan bergizi, dan menjaga pola istirahat dan rajin mencuci tangan," kata Dr Windhu diwawancarai Memorandum, Kamis (7/9/2023).

Pihaknya menyebut bahwa virus Covid tidak bisa langsung sirna. Ia mencontohkan seperti penyakit menular lainnya, yakni TBC dan demam berdarah hingga dulu sampai sekarang masih ada penderitanya, namun penyakit tersebut masih bisa dikendalikan.

"Apakah Covid masih ada? pasti masih ada! Kerena namanya penyakit menular itu tidak langsung hilang. Banyak penyakit menular di dunia, termasuk di Indonesia seperti TBC, demam berdarah, dan seterusnya. Penyakit itu ada sejak dulu dan sudah terkendali namun penyakit itu masih ada. Demikian juga dengan Covid, tapi apakah mengancam saya kira sekarang ancamannya rendah," terangnya.

Menurutnya virus Corona masih terus bermutasi dengan menghasilkan varian baru. Baru-baru ini, peneliti menemukan keturunan terbaru dari virus Covid.

Varian Covid BA.2.86 atau dikenal dengan Pirola telah terdeteksi di beberapa negara termasuk AS dan Selandia Baru. Pirola memiliki lebih dari 30 mutasi pada protein lonjakannya dibandingkan dengan XBB.1.5, varian Omicron yang merupakan strain dominan di AS.

"Kita tidak perlu terlalu khawatir meskipun masih muncul varian baru atau sub varian baru. Seperti sekarang misalnya muncul varian Pirola. Tapi di Indonesia belum ada, virus itu terjadi di Amerika dan negara lain. Virus itu ringan, bahkan tanpa gejalanya. Jadi tidak lagi menjadi ancaman kesehatan masyarakat, ancamannya kecil," ungkapnya.

Gejala utama varian Pirola mirip seperti gejala klasik yang ditemukan pada varian Covid lainnya. Termasuk pilek, sakit kepala, kelelahan, bersin dan sakit tenggorokan.

Hanya saja, kewaspadaan masyarakat terhadap serangan penyakit tetap harus terjaga dan tidak boleh lengah. Sebab tingkat fatalitas paling tinggi yang memiliki riwayat penyakit bawaan atau komorbid.

"Tapi bagi mereka yang punya komorbid, yang lansia usia 70 tahun ke atas itu harus hati hati," tandasnya.

Dengan demikian ia mengajak kepada masyarakat untuk tetap menjaga protokol kesehatan, serta tidak sembarangan dalam menjalankan pola hidup.

"Pola hidup yang bersih dan sehat harus dilakukan. supaya kita menjadi lebih protektif. Termasuk yang diperlukan perlindungan dalam dirinya, apa itu? vaksinasinya harus dilengkapi. Sekarang masih banyak yang belum lengkap. Mumpung sampai akhir Desember vaksinasinya gratis, maka ayo datang ke puskesmas untuk vakinasi sampai booster ke 2," imbau Dr Windhu.

Selain itu pihaknya juga meminta infrastruktur sarana prasarana tempat cuci tangan disediakan di tempat publik. 

"Alat cuci tangan itu masuk didalam pola perilaku hidup bersih dan sehat.Jadi perilaku hidup bersih dan sehat itu salah satunya rutin mencuci tangan, ketika mau makan, mau pegang wajah itu wajib mencuci  tangan. Jadi artinya infrastruktur sarana prasarana tentang cuci tangan jangan dihilangkan. Tetap dihidupkan, bukan justru ditiadakan dan dibiarkan mangkrak tanpa ada perawatan," pungkasnya.(alf/ziz)

Sumber: