Kawin Muda, Rumah Tangga Tak Pernah Tenteram (2)

Kawin Muda, Rumah Tangga Tak Pernah Tenteram (2)

Dalam waktu singkat Winih bisa memenuhi kekosongan ruang-ruang di rumahnya dengan banyak benda. Ada meja kursi, springbed, kulkas, televisi LED, dll, dsb, dst. “Risikonya, Mas Jostro jadi semakin jarang di rumah,” kata Winih. Akhir-akhir ini Winih merasakan Jostro kembali berubah. Sikapnya yang selama ini cuek menjadi semakin cuek. Jostro juga sering pulang dalam keadaan mabuk. Tapi berbeda dengan kemabukan sebelumnya, kali ini Jostro cenderung seperti orang gak bek. “Saya pernah mengintipnya lewat ventilasi di atas pintu,” katanya. Dengan amat hati-hati Winih menyusun kursi dan sebuah dingklik kecil untuk tumpuan kaki agar matanya bisa mencapai lubang ventilasi. Lantas, apa yang terlihat? Jostro tidur dengan pakaian seragam kerja masih lengkap melekat di tubuh. Tidak ada hal yang mencurigakan. Hasil mengintip ini tentu melegakan Winih. Dia segera turun dan melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa. Termasuk mencuci. Tapi saat merogoh saku baju seragam yang ada dalam rendaman, Winih menemukan sesuatu. Tenyata hanya benda seperti gula pasir yang nyunyut dibungkus plastik. Maklum, baru direndam. Winih lantas membuang barang tadi ke selokan. Winih menyelingi pekerjaan nyucinya dengan memasak seafood kesukaan Jostro. Ketika Winih memasukkan cumi-cumi ke penggorengan, terdengar bunyi keras srenggg… disusul bau wangi bawang putih. Bau tersebut menyeruak ke mana-mana. Tetangga sebelah rumah bahkan ada yang nyeletuk, “Wah, masak besar nih Bu Jostro. Bagi-bagi dong.” “Inggih Bu. Masak seafood kegemaran bapake lare-lare.” Tak lama kemudian Jostro muncul. Dia menanyakan baju seragamnya yang tempo hari dia geletakkan di ruang tengah. “Sudah kurendam, Mas. Ini bahkan sudah mau kucuci,” kata Winih. “Kau rendam?” tanya Jostro dengan suara keras sambil ongker-ongker rendaman cucian. “Cari apa?” tanya Winih. “Di mana bungkusan kecil di saku bajuku?” Jostro balik bertanya. “Oh plastik bekas wadah gula pasir tah? Sudah kubuang di selokan.” Mendengar jawaban ini, mendadak emosi Jostro tersulut. Dia marah besar. Celotehan tidak jelas meluncur dari bibirnya sambil tangannya menyibak-nyibak isi selokan. Jostro semakin uring-uringan karena barang yang dia cari tidak ada. Dia spontan balik badan keluar rumah dan pergi. HP-nya ketinggalan. Winih memanggil dan hendak mengingatkan, tapi Jostro terburu menjauh. Deru motornya terdengar meraung keras seolah menggambarkan suasana hati penunggangnya yang sedang terbakar. (jos, bersambung)    

Sumber: