Hidup Mulus-lus-lu-lus laksana Kulit Vanessa Angel
Yuli Setyo Budi, Surabaya Toni (45, bukan nama sebenarnya) dan Rina (43, juga bukan nama sebenarnya) hidup bahagia meski tidak dikaruniai momongan. Pasangan suami-istri warga Karangpilang ini menerima kenyataan tersebut dengan ikhlas dan pasrah. Mereka hidup harmonis. Selama mengarungi biduk rumah tangga sekitar 20 tahun, nyaris tidak ada kerikil yang menghalangi. Apalagi batu besar. Semua berjalan mulus-lus-lus-lus kayak kulit Vanessa Angel yang tarif sewanya konon mencapai Rp 80 juta. Padahal, dengan tarif itu konsumen hanya berhak beradu kulit. Tidak boleh menggigit sampai gripis atau nyokot sampai prothol. Yang dihadapi Toni dan Rina hanya kesalahpahaman, yang dalam sekejap atau dua kejap sudah bisa diluruskan. Atau, setidaknya ada salah satu pihak yang mengalah. Tidak pernah ada perselisihan, apalagi pertengkaran. Satunya-satunya musibah—kalau memang dianggap musibah, meski bisa jadi itu adalah anugerah—mereka hadapi dengan kedatangan dua perempuan cantik ke rumah pada suatu sore. Mereka memperkenalkan diri sebagai Ningsih (45, nama samaran) dan Maria (23, juga samaran). Toni dan Rina yang saat itu sedang jagongan di teras rumah menyambut keduanya dengan sopan. “Wonten kerso Bu… Mbak?” tanya Rina sambil mengulurkan tangan menyambut ajakan salaman tamu-tamunya. Toni yang berdiri di samping Rina ikut-ikutan meraih tangan tamunya. Akhirnya tamu tadi dipersilakan duduk di ruang tamu. Toni yang sedari awal pandangannya lekat ke wajah Ningsih mulai mencucurkan keringat dingin. Matanya berkunang-kunang. Tubuhnya sempoyongan. Rina yang selalu menempel di samping Toni melihat perubahan itu pada suaminya. Sehingga, ketika tubuh kurus Toni benar-benar ambruk, perempuan bertubuh subur itu bisa langsung menangkapnya. Menggendongnya untuk ditidurkan di kamar tidur utama. Terjadi keributan kecil. Teriakan panik Rina mengundang kedatangan beberapa tetangga. Mereka segera membawa Toni ke klinik terdekat. Setelah diperiksa, diketahui kondisi Toni baik-baik saja. Dia hanya shock. Kembali ke rumah, ternyata Ningsih dan Maria masih mengunggu di teras. Namun, tak lama setelah itu kedua tamu tadi berpamitan. Rina segera menyusul Toni ke kamar. “Mereka sudah pulang?” tanya Toni. “Sudah,” jawab Rina, “Tadi Papa kenapa sih kok mendadak begitu? Lelah ya?” Toni diam. Hanya tersenyum, lantas mengajak istrinya berangkat tidur karena jam sudah menunjukkan lebih dari pukul sepuluh malam. Menginjak tengah malam, Rina tersentak bangun. Dia mendengar suaminya mengigau. Di bawah alam sadarnya Toni mendesahkan kalimat-kalimat yang tidak jelas. Upaya Rina untuk menyadarkan sang suami tidak segera membawa hasil. Cubitan di lengan. Tamparan di pipi. Goyangan di tubuh. Semua menter. Tidak ada yang mampu membawa Toni ke alam kesadaran. Menjelang putus asa, Rina bergegas ke kamar mandi dan membawa segelas air untuk dipercikkan ke wajah suaminya. Berhasil. Toni gelagapan dan membuka mata. “Ada apa, Ma?” tanyanya singkat. Matanya membelalak, mengitari setiap sudut ruang. “Di mana mereka? Ma, di mana mereka?” tanya Toni. Tidak jelas siapa yang dimaksud sebagai mereka oleh Toni. (bersambung)
Sumber: