Cinta Suci Suami yang Ternoda Nafsu Istri (2-habis)

Cinta Suci Suami yang Ternoda Nafsu Istri (2-habis)

Ningsih juga hobi fitness. Ini dinilai menguntungkan oleh Badri. Sebab, Menik yang dulu sering nge-gym bersama teman-temannya lebih suka fitness di rumah. Kini Menik sudah jarang grudak-gruduk bersama teman-temannya. Sudah jarang keluar rumah. Rupanya dia sudah krasan berlama-lama di rumah bersama Ningsih. Asyik nge-gym bersama. Tapi ada yang berubah. Meski jarang keluar, tapi sekali keluar rumah dia beli beraneka barang yang aneh-aneh. Semua jenis barang, yang di mata Badri amat tidak masuk akal. “Aku sangat bersyukur, rupanya Menik tidak pelit kepada Ningsih,” kata Badri, yang menambahkan bahwa semua kebutuhan keponakannya dicukupi oleh Menik sehingga gadis tersebut bisa lepas dari tanggung jawab orang tuanya, Kondisi rumah yang kondusif dirasakan menenangkan bagi Badri. Dia jadi merasa tenang ketika bekerja di luar kota. Kini dia tak segan-segan lagi meninggalkan rumah dalam waktu cukup lama. Dampaknya, pekerjaan Badri dinilai positif oleh bosnya. Badri diapresiasi dan dipromosikan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi. Diangkat jadi kepala cabang di luar kota. Agak jauh: di luar pulau. Promosi ini disampaikan kepada Menik, dengan harapan istrinya senang dan mau ikut diajak boyong keluar pulau. Ternyata harapannya keliru. Menik tak mau ikut boyong. Dia akan tinggal di Surabaya dan bersedia meski hanya dipulangi seminggu atau sebulan sekali. “Dia mengaku telanjur krasan di rumah. Alasan dia, tugas  di luar kota, apalagi di luar pulau, biasanya tidak terlalu lama. Biar dia tunggu saja, wong ada Ningsih saja kok,” kata Badri menjelaskan alasan istri tidak mau diajak pindahan ke luar pulau. Masuk akal. Alasan Menik diterima Badri, yang akhirnya berangkat tugas ke tempat barunya di Palembang. “Minggu-minggu pertama aku merasa tersiksa karena tidak dapat memeluk Menik. Biasanya hampir tiap hari dapat memeluk dia. Kalau pas tugas luar kota, paling lambat lima hari pasti bisa memeluk dia,” aku Badri. Badri mengaku selama ini memang sangat manja kepada Menik. Dia tidak bisa tidur tanpa pelukan Menik. “Kalau tugas luar kota, biasanya aku selalu bawa guling yang biasa dipakai Menik. Baunya khas,”aku Badri tanpa malu-malu. Karena itu belum genap sebulan bertugas di Palembang, Badri merasakan teramat sangat rindu sekali kepada Menik. Perasaan yang tidak dapat dialihkan ke hal lain, apa pun itu. Maka pada minggu ketiga pertamanya di Palembang, Badri berencana pulang. Dia sengaja tidak memberi tahu Menik terlebih dulu.Dia ingin memberikan kejutan kepada peremouan yang disayanginya tersebut. Sabtu pukul 19.30 pesawat yang dia tumpangi mendarat di Bandara Juanda. Badri sengaja pakai Gojek untuk sampai rumah, karena pada jam-jam segitu biasanya lalu lintas macet. Dia turun di depan rumah. Ketika masuk rumah, Badri kaget karena rumah tidak terkunci. Dia khawatir ada orang jahat masuk. Walau begitu dia bersyukur karena bisa maksimal memberi kejutan kepada Menik. Badri diam-diam masuk kamar. Tapi betapa terkejutnya dia saat membuka pintu, di depan matanya sedang berlangsung adegan 21+. Menik dan Ningsih sama-sama tidak berpakaian bertempur di atas ranjang. (jos, habis)    

Sumber: