Pemprov Jatim Maksimalkan Potensi Pengairan Bersama Kerajaan Belanda

Pemprov Jatim Maksimalkan Potensi Pengairan Bersama Kerajaan Belanda

Surabaya, memorandum.co.id - Pemerintah Provinsi (pemprov) Jawa Timur siap memaksimalkan potensi pengairan yang dapat dikembangkan bersama Kerajaan Belanda. Hal ini disampaikan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa usai menerima kunjungan Deputy Chief of Mission and Head Economic Affairs Embassy of the Kingdom of the Netherlands HE Mrs Ardi Stoios-Braken di Gedung Negara Grahadi. Dalam pertemuan itu, Gubernur Khofifah membahas sejumlah potensi kerja sama yang dapat dikembangkan di Jatim. Di antaranya pengelolaan air, pariwisata, pertanian, peternakan serta pendidikan dan penilitian. "Kami berdiskusi lebih dari satu jam terkait beberapa hal tentang kerja sama antara Pemprov Jatim dengan Pemerintah Kerajaan Belanda. Salah satunya terkait dengan pengelolaan air seperti yang sekarang sedang berjalan yaitu di Sungai Welang," ujar gubernur yang akrab disapa Khofifah itu, Rabu (5/4). Dirinya mengatakan, diskusi seputar pengelolaan air pada beberapa lokasi badan air seperti Welang ataupun Kalimas berpusat pada upaya memaksimalkan fungsi. Sehingga tidak hanya sekadar menjaga kebersihan air, tapi juga memanfaatkan potensi wisata. "Maka tadi saya menyampaikan bahwa Kalimas ini bersambung dengan Sungai Brantas. Kalau bisa dibangun wisata air, maka akan mengarungi Surabaya, Sidoarjo dan Mojokerto," jelasnya. Terkait sektor pariwisata, Khofifah menuturkan bahwa Jatim memiliki banyak destinasi yang potensial untuk membangun kerja sama dengan Belanda. Beberapa di antaranya adalah gereja peninggalan Belanda di Malang dan Surabaya, ataupun Benteng Van den Bosch yang juga dikenal dengan nama Benteng Pendem Ngawi. "Sebetulnya beberapa gereja Katolik sering dikunjungi wisatawan dari Belanda. Mereka mencoba mencari tahu apa kakeknya atau buyutnya dibaptis di gereja-gereja ini. Karena memang proses pembaptisan itu bukunya juga masih tersimpan dengan sangat baik," ungkapnya. Benteng Van den Bosch sendiri merupakan destinasi baru dengan arsitektur luar biasa. Yang mana, masih terdapat titik yang dulunya terkoneksi dengan pelabuhan besar. Titik itu menjadi bersejarah, sebab rempah-rempah dari Indonesia Timur dan Jawa Timur dulunya diberangkatkan dari belakang Benteng Van den Bosch. Kini, titik itu menyisakan sungai dengan lebar kurang lebih 3 meter. "Kemudian nanti kalau berwisata di Ngawi, maka bisa sambung ke wisata Trinil yaitu pithecantropus erectus serta ke Gunung Lawu. Di sana ada area yang sangat langka di dunia yaitu perkebunan Edelweis. Ada juga kebun teh. Saya rasa itu akan jadi tempat wisata yang sangat indah," terangnya. Lebih jauh, mantan Menteri Sosial RI itu mengakui kemajuan dan kekuatan manajemen air dari Belanda. Dia berharap, hal itu dapat menguatkan kerja sama di sektor pertanian dan peternakan, terutama untuk ternak sapi perah. "Jadi ternak sapi perah di Belanda cukup advance, termasuk hilirisasi dari produk susunya. Karena ini ada tim khusus di Kedutaan Belanda, beliau menyarankan nanti kita akan komunikasi berikutnya dengan tim di Jakarta. Semoga berjalan lancar," harapnya. Sementara itu, Deputy Chief of Mission and Head of Economic Department Kedutaan Besar Belanda untuk Indonesia Ardi Stoios-Braken mengatakan akan terus mengomunikasikan hasil diskusi dengan pihak terkait. Tak hanya itu, dia juga mengharapkan kerja sama Belanda-Jawa Timur tidak berhenti di manajemen air. Tapi akan banyak peluang-peluang kolaborasi antara Belanda dan Jatim dalam sektor lain. "Kami juga berdiskusi tentang peluang-peluang baru seperti pengelolaan limbah, energi terbarukan, agro food, dan maritim. Ada banyak area yang bisa dijadikan wadah kolaborasi, tapi tentunya kami ingin mendengar dari otoritas langsung mengenai peluang-peluang ini," ucapnya. (bin)

Sumber: