Posyandu 2 Pacar Kembang Jadi Percontohan Penurunan Stunting Nasional
Ketua TP PKK Rini Indriyani bersama Kader Surabaya Hebat (KSH) meninjau Posyandu 2 RW 06 Kelurahan Pacar Kembang Kota Surabaya. Posyandu 2 Pacar Kembang Surabaya Jadi Percontohan Penurunan Stunting Tingkat Nasional Surabaya, memorandum.co.id - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bersama Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kota Surabaya Rini Indriyani berkomitmen untuk fokus memprioritaskan upaya penanganan dan pencegahan indikasi balita stunting di Kota Pahlawan. Salah satunya adalah keberhasilan Posyandu 2 RW 06 Kelurahan Pacar Kembang, Jalan Pacar Kembang 2 No 66-68 Kota Surabaya yang mampu menjadi percontohan dalam penurunan angka stunting di tingkat nasional. Karenanya, dalam upaya mendeteksi indikasi balita stunting di Kota Pahlawan, Pemkot Surabaya bersama Ketua TP PKK Rini Indriyani mengikuti “Dialog Interaktif Dalam Rangka Pelaksanaan Gerakan Penimbangan Bulanan Nasional Terintegrasi untuk Pencegahan Stunting” bersama Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) RI Muhammad Tito Karnavian, dan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) RI Muhadjir Effendy, Selasa (28/2/2023). Pada kegiatan yang digelar secara hybrid itu, di Kota Surabaya sendiri, kegiatan ini diikuti secara daring. Bahkan, Ketua TP PKK Rini Indriyani bersama Kader Surabaya Hebat (KSH) di Posyandu 2 RW 06 Kelurahan Pacar Kembang Kota Surabaya berkesempatan untuk berdiskusi interaktif dalam memaparkan upaya pengendalian stunting di Kota Surabaya bersama Menko PMK RI Muhadjir Effendy. Ketua TP PKK Rini Indriyani mengatakan bahwa dalam pengendalian angka stunting di Kota Surabaya dimulai dari remaja putri, yakni memberikan Tablet Tambah Darah (TTD). Setelah itu, bagi calon pengantin (catin) dan ibu hamil juga mendapatkan micronutrients (zat gizi mikro). Pihaknya juga terus menggencarkan konsumsi protein pada ibu hamil dan anak-anak balita, seperti mengkonsumsi telur, ikan, maupun daging. “Itu kita lakukan terus bersama Tim Pendamping Keluarga (TPK), PKK, tenaga kesehatan, dan KSH. Jadi kami memberikan pendampingan mulai dari pencegahan hingga penanganan. Apalagi para KSH yang terus membantu kami untuk mendata indikasi gejala balita stunting melalui aplikasi Sayang Warga, baik jumlah ibu hamil dan jumlah calon pengantin,” kata Rini Indriyani. Tidak hanya berhenti sampai disitu, stakeholder di Kota Surabaya pun ikut bersinergi dengan Pemkot Surabaya dalam pengendalian angka stunting. Seperti menjadi ayah asuh bagi balita stunting. “Alhamdulilah seperti di (Posyandu 2) Pacar Kembang ini zero stunting, dari jumlah 16 sekarang menjadi zero. Inovasi dan keaktifan posyandu luar biasa, seperti inovasi Dapur Gizi untuk stunting (Dazi Unting) dan Stunting Garpu Ceting untuk aktivitas motorik balita,” ujarnya. Rini Indriyani mengaku bahwa semua inovasi tersebut digagas oleh masyarakat, sehingga kesadaran masyarakat diharapkan terus meningkat. Demikian pula dengan peran KSH yang terus melakukan pendataan mengenai indikasi gejala balita stunting melalui aplikasi Sayang Warga. “Saya matur nuwun (terima kasih) kepada KSH, PKK, dan TPK yang telah membantu Pemkot Surabaya, salah satunya Posyandu 2 Pacar Kembang bisa lolos dari stunting. Berdasarkan informasi itulah, tenaga kesehatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya langsung bergerak cepat untuk melakukan pemeriksaan dan penanganan. Jadi bisa tepat sasaran,” ungkapnya. Meski begitu, Pemkot Surabaya bersama Ketua TP PKK Kota Surabaya Rini Indriyani terus mendorong setiap kecamatan melalui puskesmas dan posyandu untuk terus berinovasi, khususnya memberikan ruang aktivitas fisik bagi balita stunting. “Setiap wilayah, masyarakat, dan kondisi lingkungan pasti berbeda-beda. Sehingga membuat inovasi sesuai dengan lingkungannya sendiri. Pemkot Surabaya juga akan membantu, bisa juga kecamatan berkolaborasi dengan CSR di masing-masing wilayah,” jelasnya. Lebih lanjut, Pemkot Surabaya bersama Ketua TP PKK Kota Surabaya Rini Indriyani semakin menggencarkan konsumsi protein pada ibu hamil dan anak-anak balita. “Ini dari hulu ke hilir, ibu hamil dan ibu menyusui, kita berikan protein dari DKPP (Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan). Kalau sudah balita, kita gerakkan untuk mengkonsumsi protein,” pungkasnya. Sebagai diketahui, selama tiga tahun terakhir, prevalensi stunting di Kota Surabaya terus mengalami penurunan signifikan. Yakni, dari tahun 2020 terdapat 12.788 kasus stunting, turun menjadi 6.722 di tahun 2021. Selanjutnya hingga akhir Desember 2022, kembali turun menjadi 923 kasus. Bahkan, pada Februari 2023, jumlah kasus stunting di Surabaya turun menjadi 872. (rio)
Sumber: