Tasyakuran, Rektor: Ini Bentuk Rasa Syukur karena Unipra Sudah Kembali

Tasyakuran, Rektor: Ini Bentuk Rasa Syukur karena Unipra Sudah Kembali

Surabaya, memorandum.co.id - Sekitar 300 peserta turut hadir dalam kegiatan tasyakuran dan peringatan Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW di Universitas WR Supratman (Unipra) Surabaya. Kegiatan ini menghadirkan Ketua Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) wilayah VII Jatim Dyah Sawitri dan penceramah K.H. Zain Baik, Pengasuh Pondok Pesantren dan Rehabilitasi Mental AZ Zainy, Malang. Ratusan peserta mulai dari civitas akademika Unipra, pelajar SMA/SMK sederajat se-Surabaya, masyarakat sekitar kampus dan Pengurus Cabang Fatayat (PC Fatayat) NU Surabaya serta Pengurus Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PC IPNU). Rektor Unipra Bahrul Amieq mengatakan, tasyakuran dan Isra Mikraj ini adalah rasa syukur. Karena kampus Unipra ini telah kembali dan akan menciptakan mahasiswa yang mempunyai soft skill ke depannya. "Ini bentuk rasa syukur karena Unipra sudah kembali dan dicabut sanksi pembinaan LLDIKTI," tuturnya. Bahrul Amieq berpesan kepada mahasiswanya untuk terus bangkit dalam menghidupi kampus, terutama dengan menggelar kegiatan seperti ini. "Saya apresiasi terhadap panitia yang bertugas dan Alhamdulillah, banyak yang hadir sesuai dengan target panitia," tutupnya. Sementara itu, KH Zain Baik yang kesehariannya dipanggil Gus Zain, mengatakan, acara tasyakuran dan Isra Mikraj yang digelar oleh Unipra, akan menjadi hal yang baik yang bertepatan dengan bulan Rajab 1444 Hijriah. "Luar biasa, ini jadi cikal bakal bahwa UNIPRA akan menjadi besar, karena dimulai dengan baik dimulai dengan Isra Mikraj dan di Tasyakuri dengan hamdalah yang luar biasa dan kita mensupport itu," ujarnya. Penceramah yang berasal dari Kabupaten Malang ini berpesan terhadap mahasiswa Unipra untuk menjadi generasi muda yang berilmu, berakhlak dan menjaga iman. "Menjelang mahasiswa yang punya ilmu dan iman yang baik," tuturnya. Sedangkan Dyah Sawitri Kepala LLDIKTI VII wilayah Jawa Timur menjelaskan, tentang telah dicabutnya masa pembinaan yang pernah LLDIKTI berikan ke Unipra. "Sebetulnya punishment itu untuk menjadi lebih baik, jadi kita bisa mengatakan bahwa pendidikan tinggi di Indonesia itu betul-betul sesuai dengan aturan, kalau tidak mematuhi berarti kena punishment," jelasnya. Lebih lanjut orang yang berperan penting di LLDIKTI VII ini juga mengungkapkan, bahwa ada 7 Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang bermasalah salah satunya Pasca Sarjana di Unipra. "Bahwa punishment itu bukan merupakan suatu kelemahan tapi sebagai kekuatan untuk menjadi lebih baik," katanya. "Saya yakin Unipra akan lebih maju dan saya berharap Unipra juga mengembalikan S2 nya dengan pola yang baru. New Unipra  dengan konsep yang baru lebih maju, lebih besar dan bisa memberikan nilai tambah bagi pendidikan tinggi di Indonesia," ujarnya.(day)

Sumber: