Dapati Aduan Taman Rusak, DLH Sampaikan Terima Kasih

Dapati Aduan Taman Rusak, DLH Sampaikan Terima Kasih

Kondisi taman di Jalan Dukuh Bulak Banteng yang mengenaskan. Surabaya, memorandum.co.id - Kondisi taman yang berada di Jalan Dukuh Bulak Banteng, Kelurahan Bulak Banteng, Kecamatan Kenjeran tampak memprihatinkan. Selain gersang, juga banyak sampah plastik yang tercecer. Alat bermain pun tidak representatif. Ada yang sudah rusak. Hal ini membuat taman peninggalan eks Wali Kota Tri Rismaharini tersebut terkesan diabaikan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Menilik masalah ini, Camat Kenjeran Yuri Widarko memastikan akan melakukan follow up terkait kondisi taman tersebut. Pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya. "Siap, mas. Kita sampaikan ke teman-teman DLH," ujar Widarko, Selasa (24/1/2023). Terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya Agus Hebi Djuniantoro menyampaikan terima kasih usai menerima aduan terkait bobroknya taman di kawasan Kenjeran tersebut. "Baik. Terima kasih infonya," kata Hebi. Disinggung soal upaya DLH terhadap taman tersebut, Hebi hanya menerangkan bahwa taman yang terletak di kampung dan perumahan menjadi tanggung jawab warga untuk merawat. Sedangkan DLH berperan untuk memperbaiki perlengkapan taman. "Perawatan rutin merupakan pertisipasi warga setempat. Lalu untuk perawatan berkala, DLH yang bantu. Seperti pembenahan mainan, penyulaman (bunga) secara berkala," jelasnya. Kemudian ditanya soal ketiadaan bak sampah hingga bangku taman yang rusak parah, Hebi belum memberikan respons. Sampai berita ini diturunkan, Hebi hanya membaca pesan konfirmasi dari memorandum.co.id via WhatsApp. Seperti diberitakan sebelumnya, Feris, warga RT 13/RW 8 setempat, menyayangkan kondisi taman sekaligus tempat bermain anak yang berada tidak jauh dari pintu air Tambak Wedi itu. Menurutnya, DLH Surabaya abai dan tebang pilih dalam merawat taman-taman yang ada di Kota Pahlawan. "Seharusnya perawatan taman dilakukan setara dan merata, baik yang ada di tengah kota maupun di kawasan pinggiran. Tetapi nyatanya pemkot dan dinas terkait terkesan mengabaikan dan tebang pilih. Yang dipikirkan hanya taman di tengah kota," ucapnya. Di lokasi, tampak sejumlah anak memanfaatkan alat bermain yang tersedia. Ada ayunan, perosotan, dan jungkat-jungkit. Namun begitu, kondisi alat bermain outdoor tersebut kurang layak. Misalnya, jungkat-jungkit. Handle pengaman untuk pegangan anak sudah patah. Tentu ini sangat membahayakan. Begitu pula dengan kondisi tempat duduk permanen untuk pengunjung. Tampak berantakan, hancur, dan tidak layak. Juga tak ada bak sampah di area taman. "Sebelumnya ada alat bermain untuk bergelantungan (monkey bar, red), tetapi nggak tahu kok sekarang sudah nggak ada. Apa mungkin hilang dicuri atau memang sengaja dibuang oleh DLH," tandas Feris. Sedangkan Sri Lestari, warga lain yang bermukim di sekitar, turut menyayangkan kondisi Taman Pucuk, sebutan masyarakat terhadap taman yang lokasinya berada di pojokan Jalan Dukuh Bulak Banteng itu. "Eman nggak dirawat, padahal kan setiap sore itu selalu ada anak-anak yang bermain walaupun kondisinya kurang bagus. Kadang pagi juga ada anak-anak yang bermain di situ," kata Sri. Catatan lain disampaikan oleh Sri yakni, terkait keamanan. Taman Pucuk beriringan dengan sungai. Akan tetapi, tidak ada pagar pelindung yang mengelilingi kawasan taman. Dibiarkan terbuka. Hal ini lantas dinilainya tidak ramah anak. "Sebagai orang tua tentu khawatir kalau anak bermain di situ, makanya kita perhatikan terus. Semestinya dikasih pagar supaya lebih ramah anak dan aman. Jadi anak-anak bisa bermain dengan bebas," tuturnya. (bin)

Sumber: