Kabupaten Lamongan dipilih menjadi salah satu tujuan studi karena memiliki salah satu program yang unik dalam bidang kesehatan, yakni posyandu jiwa. Dianggap unik karena pada umumnya penanganan pasien dengan gangguan mental ini berada di bawah naungan rumah sakit, namun di Kabupaten Lamongan penanganan ini bahkan dilakukan dalam unit kesehatan kecil seperti posyandu.
"Jumlah penderita dengan gangguan jiwa di Kabupaten Lamongan 3.389 orang. Pasien gangguan jiwa yang dipasung sebanyak 191 orang, dan alhamdulilah berkat kolaborasi tahun 2017 Lamongan berstatus bebas pasung. Pada tahun tersebut juga Lamongan memperoleh penghargaan atas inovasi Lesung Si Panji (lenyapkan pasung memanusiakan pasien jiwa) yang dilengkapi dengan Posyandu Jiwa. Dampaknya sangat dirasakan masyarakat, menyembuhkan pasien gangguan jiwa sehingga bisa beraktifitas normal dan kembali produktif," jelas Pak Yes kepada para mahasiswa Australia.
Diungkapkan Wakil Dekan II Unair Atoillah Isfandiaris, bahwa terdapat 20 mahasiswa dari Federation University Australia yang hari ini berkunjung ke Lamongan. Hal tersebut dalam rangka studi lintas budaya.
"Nanti kami akan ke Desa Bulutigo Lamongan untuk melihat posyandu jiwa. Karena ini unik, tidak semua posyandu melakukan ini, pelayanan terhadap ODGJ (Orang dengan Gangguan Jiwa). Pelayanan ODGJ berbasis posyandu bukan rumah sakit, posyandu berbasis komunitas. Oleh-oleh untuk mahasiswa Australia kembali ke negaranya masing-masing," kata Atoillah.
Kegiatan ini diharapkan akan mampu memberikan wawasan kepada mahasiswa terkait usaha promotif-preventif penanganan penyakit yang dilakukan di Indonesia, interaksi dengan masyarakat, dan belajar mengenai budaya Indonesia. Pada kesempatan tersebut juga Dosen Australia Muhammad Aziz Rahman menyampaikan terima kasih atas sambutan Kabupaten Lamongan dalam menerima kunjungan mereka. (yy)