Musim Hujan, Awas Papan Reklame Roboh

Musim Hujan, Awas Papan Reklame Roboh

Surabaya, memorandum.co.id - Pemilik papan reklame yang terpasang di sejumlah ruas jalan di Surabaya, diminta  mengecek kembali kekuatan konstruksinya. Ini  untuk mengantisipasi kemungkinan roboh akibat diterjang angin kencang. Apalagi, saat ini memasuki musim penghujan. "Konstruksinya harus dicek, apakah benar-benar kuat saat terjadi hujan deras disertai angin kencang atau tidak. Sebab, beberapa papan reklame ada yang roboh beserta tiangnya karena diduga konstruksinya kurang kuat," ujar Sekretaris Komisi C  DPRD Surabaya Agoeng Prasodjo, Selasa (26/11). Berdasarkan catatan yang ada, papan reklame roboh sudah terjadi beberapa kali di Surabaya. Di antaranya papan reklame di Hotel JW Marriot, Jalan Tambakrejo, Jalan Wonokromo, Jalan Kertajaya. Sedangkan yang terbaru beberapa minggu lalu reklame di Jalan Yos Sudarso. Politisi Partai Golkar ini mengatakan, potensi ancaman papan reklame roboh di musim hujan itu masih tinggi. Apalagi kalau disertai angin kencang.Kondisi ini diperparah dengan  konstruksi papan reklame yang tidak dilakukan peremajaan. Padahal kontruksinya sudah lama. “Reklame yang sudah kedaluwarsa itu ya harus ditebang. Ini menandakan umur konstruksi sudah tua sehingga berpengaruh terhadap kualitas besi.Sebab,jika kena panas dan hujan, tentu besi akan aus,” jelas dia. Agoeng menegaskan,pihaknya   tidak ingin karena terlambat peremajaan atau pembongkaran akan berdampak terhadap kenyamanan dan keselamatan  warga sekitar. Karena itu, dia mendesak Pemkot Surabaya segera mendata konstruksi papan reklame yang dianggap sudah tua untuk diremajakan atau dibongkar. "Sebenarnya ada keinginan dari kami sejak lama memanggil instansi terkait untuk membahas  masalah reklame memasuki musim penghujan. Maka, kami akan koordinasi dengan ketua komisi untuk segera mengagendakan pertemuan tersebut,”  kata dia. Sementara itu sebuah sumber  Memorandum  menyatakan dengan persaingan dunia periklanan yang semakin ketat, membuat pengusaha periklanan memangkas biaya produksi, terutama dalam pembuatan konstruksi. Tujuannya untuk menggaet klien lebih banyak dengan harga yang ditawarkan lebih murah ketimbang pesaing. "Bisa saja konstruksi reklame yang dibuat ini tidak memakai besi baru, tapi besi bekas. Tentu kekuatan dan ketahanan besi bekas sangat beda dengan besi baru,” kata sumber yang enggan namanya dikorankan. Menanggapi ini, Sekretaris Umum Persatuan Pengusaha Periklanan Indonesia (P3I) Jatim Agus Winoto menepis soal tudingan pemakaian konstruksi yang tidak standar atau hanya memakai besi bekas. Dia mengakui, memang sekarang ini   bisnis reklame  sedang lesu akibat kondisi perekonomian dan pengaruh munculnya  iklan lewat internet maupun media sosial (medsos). Menurut dia, pengusaha tidak berani main-main dalam pembuatan konstruksi karena pemilik tetap mengacu aturan yang ditetapkan Pemkot Surabaya. Selain itu, jika konstruksi papan reklame yang dibuat itu asal-asalan, justru  berdampak buruk terhadap pengusaha reklame. "Kasus robohnya reklame di Hotel JW Marriot beberapa tahun silamu, membuat pengusaha iklan itu habis banyak. Jadi kami tidak main-main terhadap pembangunan konstruksi karena dampaknya nanti kepada kita,” tegas  Agus Winoto. Dia menambahkan, P3I juga mengasurasikan reklame tersebut. Ini dilakukan jika terjadi sesuatu.“Ada yang memang mengasuransikan reklamenya,”ungkap dia. Agus Winoto mengkui, untuk membangun konstruksi papan reklame memang cukup mahal, sekitar Rp 200 juta. Itu belum biaya perizinan dan dan sewa tanah. “Meski persaingan sangat ketat, kami tidak berani banting harga pemasangan  iklan. Sebab, biaya  pembangunan hingga perizinan memang cukup tinggi,” ungkap dia. (udi/dhi)  

Sumber: