Labelisasi Rumah KPM, Sebagian Warga Kota Blitar Undur Diri

Labelisasi Rumah KPM, Sebagian Warga Kota Blitar Undur Diri

Blitar, memorandum.co.id - Pemasangan stiker bertuliskan  Keluarga ini kurang mampu penerima bansos yang dipasang dinas sosial membuat beberapa keluarga penerima bantuan sosial di Kota Blitar mengundurkan diri sebagai penerima bansos dari pemerintah tersebut. Dengan alasan sudah merasa mampu dalam hal ekonomi, beberapa keluarga penerima manfaat (KPM) bantuan sosial (Bansos) di Kota Blitar menolak rumahnya ditempeli stiker tanda penerima bantuan. Menurut pendamping PKH Kota Blitar, Isa Rinawati, labelisasi atau penempelan stiker bagi penerima bansos ini dilakukan mulai 12-27 Desember 2022. Pemasangan dilakukan menyeluruh ke rumah KPM bansos, baik dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat mulai Rastrad, PKH, dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). "Ada beberapa keluarga penerima manfaat (KPM) yang sudah merasa mampu, menjadi malu rumahnya ditempeli stiker," kata Isa, Selasa (20/12/2022). Masih menurut Isa, mereka yang sudah merasa mampu itu akhirnya memilih mundur dari program bantuan pemerintah tersebut. "Mereka memilih mengundurkan diri sebagai penerima bansos," tambahnya. Kepada awak media, salah satu KPM penerima bansos pemerintah bernama Sudarwati warga Sukorejo, Kota Blitar, mengatakan, jika ia mengundurkan diri sebagai penerima bansos karena merasa sudah mampu. "Saya mau mengundurkan diri sebagai penerima bansos. Ekonomi saya sudah cukup baik," ungkapnya. Menurutnya, ia mulai menerima bansos sejak pandemi Covid-19. Dan sudah menerima beberapa kali bansos sembako maupun uang tunai. Karena saat itu usaha kerajinan pigura miliknya terkena dampak pandemi. "Waktu itu usaha kerajinan pigura milik saya ikut terdampak. Karenanya ketika diberi bansos, saya anggap rezeki. Tapi sekarang ekonomi saya sudah membaik lagi," imbuhnya. Sementara itu ditempat terpisah, Wati (50) warga Kepanjenkidul, Kota Blitar, justru merasa senang rumahnya ditempel stiker penerima bansos dari pemerintah. "Bansos saya terima mulai 2013, yakni bansos PKH dan sembako (BPNT). Saya malah senang rumah saya ditempeli stiker. Kalau tidak ditempel stiker, saya malah khawatir tidak terima bansos," kata Wati. Menurut Wati, program bansos dari pemerintah ini sangat membantu ekonomi keluarganya terutama untuk biaya sekolah. "Dua anak saya bisa lulus sampai SMA karena bansos. Dan yang masih sekolah mendapat bantuan uang tunai Rp 725.000 per bulan dari bansos PKH," jelasnya. Selain itu, masih menurut Wati yang bersuami seorang juru parkir ini, ia juga mendapat bantuan sembako senilai Rp 200.000 per bulan yang diberikan berupa barang kebutuhan pokok dan juga uang tunai.(rif/git)

Sumber: