Pedestrian Jalan Biliton Terlalu Lebar, Tapi Jarang Dilewati Warga
Surabaya, Memorandum. co.id - Pembangunan pedestrian Jalan Biliton mendapat sorotan tajam dari kalangan legislatif. Selain memakan badan jalan, ternyata masyarakat memanfaatkan pedestrian di sana jarang ada. Anggota Komisi C DPRD Surabaya William Wirakusuma mengungkapkan pembangunan pedestrian di Jalan Biliton terlalu lebar, yakni tiga meter, sehingga memakai badan jalan. Seharusnya 1,5 meter itu sudah cukup lebar. "Ya, buat apa lebar-lebar kalau yang lewat di sana jarang ada. Kan eman-eman,” tegas politisi PSI di gedung DPRD Surabaya, kemarin. Seharusnya, menurut William, sebelum membangun perlu ada kajian lebih dulu untuk mengetahui kebutuhan yang ada. Artinya, jika memang yang melewati pedestrian itu banyak, tentu pedestrian yang dibangun harus lebar. Selain itu, dia juga menyoroti pembangunan pedestrian di Jalan Kusuma Bangsa dengan lebar tiga meter. Akibatnya terjadi penyempitan jalan yang memicu kemacetan lalu lintas. “Di sana juga cukup lebar 1, 5 meter saja,” kata dia. Lebih dari itu, William yang juga ketua fraksi PSI DPRD Surabaya juga mengkritisi penggunaan keramik untuk pedestrian. Sebab, banyak ditemukan keramik pedestrian itu pecah atau rusak karena dilindas mobil yang keluar masuk tempat usaha. Kepala Dinas PU Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya Erna Purnawati mengatakan, pembangunan pedestrian dengan lebar tiga meter di Jalan Biliton ini memang ada alasan tertentu. Yaitu ada masalah soal tanaman dan juga keberadaan box culvert di bawah pedestrian. "Jalan ini milik Pemprov Jatim dan kami sudah koordinasi dan diperbolehkan membangun pedestrian lebar tiga meter di sana,”kata Erna. Sebenarnya pedestrian yang lebar tiga meter ini diperuntukkan jalan baru seperti di Frontage Road (FR) Jalan Ahmad Yani. Sebab, selain untuk pejalan kaki, juga untuk melindungi box culvert yang ada di bawah. Dia mengakui, bisa saja box culvert diletakkan di tengah jalan. Namun biayanya lebih tinggi karena box culvert harus memiliki kekuatan mampu dilewati beban 40 ton. Sedangkan box culvert yang terlindungi pedestrian mampu dilewati beban 50 ton. Soal penggunaan keramik di pedestrian, masih kata Erna, karena lebih mudah dalam membersihkan. Maka ketika keramik kotor, cukup disikat oleh petugas sudah bersih kembali.“Kalau memakai bahan lain, kami akan mengalami kesulitan saat membersihkan. Apalagi kalau sudah terkena noda yang berbau busuk,itu sangat sulit dihilangkan karena ada pori-porinya,” beber dia. (udi/dhi)
Sumber: